Wednesday, 18 November 2009

pengembangan Kurikulum

Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi merupakan suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh upaya pengembangan dan penyempurnaan kurikulum, lebih banyak datang dari pengalaman praktik di Sekolah, dibandingkan dengan dari penerapan teori-teori yang sudah mapan. pengembangan atau penambahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itulah, masa berlaku suatu kurikulum tidak bisa lama.
Berbicara masalah pendidikan sudah tentu tak dapat dengan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusianya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori pengembangan kurikulum. Di mana di dalamnya terdapat unsure-unsur yang merupakan dasar dari proses pendidikan. Diantaranya :
1. Teori Belajar
2. Teori Gestalt
3. Teori Perkembangan
Dimana teori perkembangan yang berhubungan adalah teori perkembangan anak. Untuk itu dalam makalah ini akan membahas tentang teori-teori tersebut.
PEMBAHASAN
1.Pengertian Teori
Teori ialah suatu sistem pengertian atau konseptualisasi yang diorganisasikan secara logis dan diperoleh melalui jalan yang sistematis. Teori juga berarti seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Satu ciri teori yang penting bahwa teori itu membebaskan penemuan penelitin secara individual dari kenyataan kesemenaraan waktu dan tempat untuk digantikan dengan suatu dunia yang lebih luas.(McKaechie, hlm. 829).
Teori juga merupakan suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian hal. Ciri utama suatu teori adalah sifat prediktif ( meramalkan ). Teori harus mampu menjangkau ke depan, bukan hanya menggambarkan apa adanya tetapi mampu meramalkan apa yang terjadi atas suatu hal.
Teori membuka kemungkinan menyusun suatu pandangan yang lebih sistematis dan merupakan syarat penting dalam pengembangan ilmu dalam tiap disiplin. Secara khusus teori memberikan dua kelebihan dari pada sumber-sumber pengetahuan.
Suatu teori akan memperoleh arti yang penting bila banyak melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Mark (1969 ) membedakan adanya tiga macam teori.
2.Pengertian kurikulum.
Secara umum kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dalam perkembangan kurikulum sebagai suatu kegiatan pendidikan, timbul berbagai definisi lain, yaitu definisi yang menentukan berbagai hal yang termasuk dalam ruang lingkupnya.
Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai “ the total effort of the school to going about desired outcomes in school and out-of-school situations”. Definisi ini tidak hanya sekedar meliputi mata pelajaran, tetapi segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu kurikulum tidak hanya mengenai situasi di dalam sekolah, tetapi juga di luar Sekolah.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Di samping itu kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Itulah sebabnya, orang dulu menyebut kurikulum dengan istilah “ rencana pelajaran”. Rencana pelajaran merupakan salah satu komponen dalam asas-asas didaktik yang harus dikuasai ( paling tidak diketahui ) oleh seorang guru.
Jadi dari penjelasan diatas teori kurikulum adalah suatu set pernyataan tentang sesuatu yang terstruktur, sistematis, teruji, mengenai konsep kurikulum.
Dengan demikian Orang mengatakan bahwa teori kurikulum merupakan hal yang unik. Bagaimanapun keberadaan teori kurikulum dalam pendidikan adalah perlu, sebab teori kurikulum merupakan rujukan dalam penyusunan, pengembangan, pembinaan, dan evaluasi kurikulum. Di samping itu teori kurikulum juga memuat pertimbangan-pertimbangan multi dimensional yang merupakan sekelompok tentang tujuan, struktur, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum maupun sistem persekolahan.
Menurut Schwab pada dasarnya teori kurikulum bukanlah hal yang stabil keberadaanya, namun selalu berkembang mengikuti arus dua arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian, teori kurikulum dapat berguna dan memberikan arti penting bagi praktisi, yaitu mereka yang mengelola dan menjalankan sistem pendidikan.
Teori kurikulum merupakan bidang yang menyelidiki pembatasan daerah operasi kurikulum. Oleh karena itu, teori kurikulum dapat juga disebut sebagai litmus test ( sesuatu yang memberikan petunjuk dalam pengoperasian kurikulum sesuai dengan batas bidang garapannya ), sehingg kurikulum yang bersangkutan benar-benar relevan dengan didang garapannya.
Fungsi teori kurikulum :
1. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan memberikan alternative secara rinci dalam perencanaan kurikulum.
2. Sebagai landasan sistematis dala pengambilan keputusan, memilih, menyusun dan membuat urutan isi kurikulum.
3. Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang berjalan.
4. Membantu orang ( yang berkepentingan dengan kurikulum ) untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuannya sehingga merangsang untuk diadakannya penelitian lebih lanjut.
Teori kurikulum hendaknya memberikan kepada para pelaksana pendidikan alat-alat intelektual untuk mengkonseptualisasikan situasi pendidikan yang mereka hadapi. Teori kurikulum sedapatnya menjelaskan dan meramalkan hubungan antara berbagai variabel dengan tujuan, proses belajar, dan perencanaan program.
James B. Macdonald menganggap bahwa Teori Kurikulum :
1. Merupakan titik tolak bagi penentuan dan pengarahan kegiatan pengembangan kurikulum.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan variabel-variabel dan hubungannya dengan aspek-aspek kurikulum yang dapat divalidasi secara empiris.
3. Memberikan suatu perangkat prinsip-prinsip dan hubungan-hubungan yang dapat ditest secara empiris untuk mengembangkan kurikulum.
4. Merupakan kegiatan intelektual yang kreatif dengan mengembangkan serta mengeritik sistem-siatem konseptual yang ada dengan harapan akan timbulnya ide-ide dan cara-cara baru dalam mempersoalkan kurikulum yang lebih bermanfaat.

3.Teori Belajar
Teori belajar yang dianut banyak sedikit turut memberi pertimbangan bahan apakah yang dipilih agar tercapai proses dan produk belajar yang diinginkan. Akan tetapi peranan teori belajar yang utama ialah menentukan kegiatan-kegiatan agar bahan pelajaran dapat dikuasai siswa dan dengan demikian tujuan pelajaran tercapai dalam kondisi belajar yang paling menguntungkan. Teori belajar juga dapat memberi petunjuk, disamping perkembangan anak , kapan saat terbaik untuk mempelajari bahan tertentu.
Teori conectionisme dari Thorndike mempunyai doktrin pokok, yakni hubungan antara stimulus dan respons, asosiasi-asosiasi dibuat antara kesan-kesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Dan menurut teori ini, teori belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahui dengan yang baru.
Menurut Magnese ( Dryden dan Vos, 1999 ) belajar terjadi dengan:
1. Membaca sebanyak 10 %
2. Mendengar sebanyak 20 %
3. Melihat sebanyak 30 %
4. Melihat dan Mendengar sebanyak 50 %
5. Mengatakan sebanyak 70 %
6. Mengatakan sambil mengerjakan sebanyak 90 %
Pemberdayaan optimal dari seluruh indra seseorang dalam belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Melalui media pembelajaran, belajar paling tertinggi terjadi sebanyak 50 %. Ternyata, seseorang yang belajar dan terlibat langsung dengan suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu dianggap sebagai cara yang terbaik dan bertahan lama.

4.Teori Gestalt
Teori ini mengutamakan keseluruhan, melihat bagian-bagian dalam rangka keseluruhan, yang hanya mengandung makna dalam hubungannya dengan bagian-bagian lain. Bagian-bagian saling berkaitan dalam suatu organisasi.
Manusia mengenal lingkungannya melalui proses kognitif dengan memahami stimulus berdasarkan struktur mentalnya. Proses kognitif adalah melihat dan menciptakan hubungan berkat pengalamannya yang lampau yang membentuk struktur mentalnya.
Dalam Teori ini mengutamakan bahan pelajaran berupa keseluruhan yang disajikan berupa masalah sosial atau problema yang luas. Masalah ini dapat merupakan masalah sosial atau masalah berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Siswa harus melihat hubungan pelajaran dengan tujuan yang penting baginya sehingga timbul motivasi intrinsic. Yang di dalamnya mengutamakan proses, memecahkan masalah. Teori Gestalt melihat siswa sebagai individu yang unik yang bertindak menurut struktur mental masing-masing.
Prinsip-prisip belajar Gestalt ialah sebagai berikut :
1. belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Kesekuruhan yang menjadi permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari hal-hal yang sederhana.
2. keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagian-bagian dalam suati keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan makna terhadap suatu bagian, missal : sebuah ban mobil hanya bermakna kalau menjadi bagian dari mobil, sebagai roda.
3. individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi bagian-bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau kesatuan yang lebih kecil.
4. anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis.

5.Teori Perkembangan
Dalam pembicaraan mengenai pengertian perkembangan sudah nampak adanya proses organisasi yang sangat kompleks. Ada 3 macam teori perkembangan :
1. Teori Empirisme, oleh Francis Bacon dan John Locke yaitu pada dasarnya anak lahir di dunia, perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh luar termasuk pendidikan dan pengajaran.
2. Teori Nativisme, oleh Scopenhaur yaitu anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami ( kodrat ).
3. Teori Konvergensi ini dipelopori oleh William Stern dan Clara Stern, yaitu perkembangan jiwa anak lebih ditentukan oleh 2 faktor yang saling menopang yaitu pembawaan dan hereditas.
Perkembangan anak
Dalam perkembangan anak terdapat beberapa bagian, diantaranya :
1. Perkembangan Jasmani dan Motorik Anak-anak
Sampai Gestalwandel pertama sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih lamban perkembangannya daripada badan bagian bawah. Pada usia 6 tahun keseimbangan badannya relative berkembang baik, anak makin dapat menjaga keseimbangannya, penguasaan badan, membungkuk, melakukan senam dan olahraga berkembang pada masa anak sekolah juga berkembang koordinasi antara mata dan tangan (visiomotorik ) yang dibuthkan untuk membidik ,melempar dan menangkap.
2. Perkembangan Tanggapan.
Menurut pendapat Oswald Kroh, Willliam Stern dan Clar Stern dan Meuman, bahwa tahapan perkembangan tanggapan dan pengamatan anak melalui fase berikut :
- Global
- Terurai
- Sinthesa
3. Perkembangan Pikiran
Perkembangan pikiran dibedakan menjadi dua bentuk :
- Perkembangan formal
- Perkembangan material
Perkembangan pikiran juga dapat diperhatikan dari perkembangan menyusun pendapat atau pengertian bagi seorang anak:
- Mulai umur 1,6 anak mulai dapat berpendapat
- Mulai umur 2,6 anak dapat menyampaikan pendapat negative
- Mulai umur 3 tahun anak mulai mampu mengkritik dan menyusun keputusan
- 4 tahun pada diri anak mulai muncul keragu-raguan yang diwujudkan melalui pendapat
- 5 tahun anak mampu menyusun kesimpulan dan analogi sederhana.
4. Perkembangan Daya Ingatan
Daya ingat anak akan lebih bersifat permanent ketika anak berusia 4 tahun. Selanjutnya daya ingat anak akan mencapai intensitas terbesar pada usia 4-12 tahun sehingga daya hafalnya kuat dan dapat menyimpan memori banyak sekali.
5. Perkembangan Bahasa
6. Perkembangan Fantasi
7. Perkembangan Perasaan
8. Perkembangan Sikap Sosial
9. Perkembangan Moral
10. Perkembangan Keberagamaan anak
Di samping dunia pengetahuan dan masyarakat, anak juga dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran, agar anak itu dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang , dan belajar, apa kebutuhannya dan apa minatnya. Pengetahuan tentang perkembangan anak dan caranya belajar lazim disebut asas psikologi bagi pengembangan kurikulum.
Berhubung dengan hasil studi tentang anak Lester D. Crow dan Alice Crow nenyarankan hubungan kurikulum dan anak sebagai berikut :
1. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
2. Isi kurikulum hendaknya mencakup ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan untuk menghadapi masa mendatang.
3. Anak hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak sekedar penerima pasif apa yang dilakukan oleh guru.
4. Sejauh mungkin apa yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan anak yang sesuai dengan taraf perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang apakah seharusnya minat mereka.
KESIMPULAN
Teori merupakan satu set pernyataan yang sesuai dan terstruktur, sistematis, teruji yang mengenai konsep kurikulum. Teori umumnya hanya diterima secara “ semetara” dan bukan merupakan pernyatan akhir yang konklusif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalaha. Setelah kita mengetahui tentang teori sendiri, selanjutnya mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan suatu rencana belajar yang tersususn sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sangat penting karena kurikulum tidak hanya berisi mata pelajaran saja tetapi juga menyangkut seluruh aspek kegiatan belajar mengajar.
Penentuan kurikulum disesuaikan dengan perkembangan anak didik, cara belajar dan proses belajar mengajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H.M, Drs, dkk. Pengembangan Kurikulum. 1998. Bandung : CV. PUSTAKA SETIA.
Nasution, S, Prof, DR. Pengembangan Kurikulum. 1993. Bandung : PT. CITRA ADITYA BAKTI.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof, DR. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. 1999. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Pemikiran Pendidikan ky. H. Ahmad Dahlan

A. Biografi K.H.Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1868 dan meninggal pada tanggal 25 februari 1923. Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama K.H.Abu bakar,beliau adalah seorang imam dan khatib Masjid besar Kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H.Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta .Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis.
Semasa kecilnya Muhammad Darwis tak pernah pergi sekolah, ia adalah putra zaman peralihan abad XIX-XX, disaat seorang putra pemangku masjid kesultanan Yogya dianggap haram bersekolah formal { Belanda } . Oleh karena itu ketika menginjak usia sekolah Muhammad Darwis tidak disekolahkan melainkan diasuh dan dididik mengaji Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama islam oleh ayahnya sendiri di rumah. Pada usia 8 tahun ia telah lancar membaca Al-Qur’an hingga khatam. Menjelang dewasa ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar waktu itu, diantaranya ia belajar fiqih pada K.H.Muhammad Shaleh, dan nahwu kepada K.H.Muhsin, keduanya adalah kakak ipar Darwis sendiri. Selain itu ia juga belajar ilmu falak pada K.H.R Dahlan, belajar ilmu hadits kepada K.H.Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh, Qira’at Qur’an kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri, serta beberapa guru lainnya. Dengan data ini, tak heran jika dalam usia relative muda ia telah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Ketajaman intelektualitasnya yang tinggi membuat Dahlan selalu merasa tidak puas dengan ilmu yang telah dipelajarinya dan terus berupaya untuk lebih mendalaminya.
Pada tahun 1889 M,ia dikawinkan dengan Siti Walidah putri K.H.Muhammad Fadil, kepada penghulu kesultanan Yogya. Jadi Siti Walidah itu masih saudara sepupu M.Darwis .
Setelah beberapa waktu belajar dengan sejumlah guru. Pada tahun 1890 M Darwis berangkat ke Makkah untuk melanjutkan studinya dan bermukim disana selama setahun .Setelah musim haji selesai ia pulang, dan tiba di Yogyakarta pada minggu pertama bulan safar 1309 H/ 1891 M. Dan berganti nama H.A.Dahlan. Merasa tidak puas dengan hasil kunjungannya yang pertama, maka pada tahun 1903 M, ia berangkat lagi ke Makkah dan menetap selama dua tahun . Di kota ini K.H.Ahmad Dahlan berhadapan langsung dengan tradisi pemikiran dan pembaharuan pemikiran islam ke Makkah.
Pengamatan langsung terhadap daerah pusat islam banyak mempengaruhi pemikiran K.H.A.Dahlan, sehingga mendorong keinginannya untuk melakukan gerakan pembaharuan islam di Indonesia. Intensitasnya dalam membaca majalah al manar dan beberapa majalah sejenis dari tanah Melayu dan Sumatra barat, yang banyak memuat ide-ide Muhammad Abduh, berpengaruh terhadap pemikiran K.H.A.Dahlan dari Yogyakarta, yang kemudian mendirikan gerakan Muhammadiyah Pada tahun 1912 M .
B. Pemikiran tentang Pendidikan
Hampir seluruh pemikiran Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat islam waktu itu yang tenggeiam dalam kejumudan { stagnasi }, kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik colonial Belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia. Latar belakang situasi dan kondisi tersebut telah mengilhami munculnya ide pembaharuan Dahlan. Ide ini sesungguhnya telah muncul sejak kunjungannya pertama ke Makkah. Kemudian ide tersebut lebih dimantapkan setelah kunjungannya yang kedua. Hal ini berarti, bahwa kedua kunjungannya merupakan proses awal terjadinya kontak intelektualnya baik secara langsung maupu tidak langsung dengan ide-ide pembaharuan yang terjadi di Timur Tengah pada awal abad XX .
Secara umum, ide-ide pembaharuan Dahlan dapat diklasifikasikan kepada dua dimensi, yaitu:
1. Berupaya memurnikan { purifikasi } ajaran islam dari Khurafat, tahayul dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam.
2. Mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima oleh rasio.
Sebenarnya usaha pembaharuan K.H.A.Dahlan sudah dimulai sejak 1896 yaitu dengan:
1. Mendirikan surau yang diarahkan ke Kiblat yang betul dan berlanjut membuat garis shaf di Masjid Agung yang akibatnya tidak hanya garis shaf harus dihapus, tetapi suraunya dibongkar.
2. Menganjurkan supaya berpuasa dan berhari raya menurut hisab .
Menurut Dahlan upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan . Oleh karena itu pendidikan hendaknya di tempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Mereka hendaknya dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang tajam dalam memeta dinamikan kehidupannya pada masa depan. Adapun kunci untuk meningkatkan kemajuan umat islam adalah kembali kepada Al-Qur’an dan hadits. Mengarahkan umat pada pemahaman ajaran Islam secara komprehensif, menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara strategis dapat dilakukan melalui pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh. Landasan ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik secara vertikal { khaliq } maupun horizontal { makhluk }. Dalam pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitu sebagai ‘Abd Allah dan khalifah fi Al Ardh. Dalam proses kejadiannya, manusia diberikan Allah dengan Al Ruh dan Al Aql. Untuk itu, pendidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi Al Ruh untuk menalar petunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada khaliknya.
Disini eksistensi akal merupakan potensi dasar bagi peserta didik yang perlu dipelihara dan dikembangkan guna menyusun kerangka teoritis dan metodologis bagaimana menata hubungan yang harmonis secara vertikal maupun horizontal dalam konteks tujuan penciptaannya. Meskipun dalam banyak tempat, Al-Qur’an senantiasa menekankan pentingnya penggunaan akal, akan tetapi Al-Qur’an juga mengakui akan keterbatasan kemampuan akal. Hal ini memiliki dua dimensi, yaitu fisika dan metefisika. Manusia merupakan integrasi dari kedua dimensi tersebut yaitu dimensi ruh dan jasad.
Batasan di atas memberikan arti, bahwa dalam epistemologi pendidikan Islam, ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila peserta didik { manusia } mendaya gunakan berbagai media, baik yang diperoleh melelui persepsi indrawi, akal, kalbu, wahyu maupun ilham. Oleh karena itu, aktifitas pendidikan dalam Islam hendaknya memberikan kemungkinan yang sebesar-besarnya bagi pengembangan kesemua dimensi tersebut.
Menurut A.Dahlan, pengembangan tersebut hendaknya merupakan proses integrasi ruh dan jasad. Konsep ini diketengahkannya dengan menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung, sesuai prinsip-prinsip Al-Qur’an dan sunah, bukan semata-mata dari kitab tertentu.
Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut bukan merupakan hal yang mudah, terutama bila dikaitkan dengan kondisi objektif lembaga-lembaga pendidikan Islam-Islam tradisional waktu itu. Dalam hal ini, Dahlan melihat bahwa problem epistemology dalam pendidikan Islam tradisional disebabkan karena idiologi ilmiahnya hanya terbatas pada dimensi religious yang membatasi diri pada pengkajian kitab-kitab klasik para mujtahid terdahulu, khususnya dalam madzhab Syafi’i. Sikap ilmiah yang demikian menyebabkan lahirnya pemikir yang tidak mampu mengolah dan menganalisa secara kritisilmu pengetahuan yang diperoleh, sehingga produktif dan kreatif terhadap perkembangan peradaban kekinian .
Untuk itu diperlukan kerangka metodologis yang bebas, sistematis, dan mengacu pada nilai universal ajaran Islam. Proses perumusan kerangka ideal yang demikian, menurut K.H.A.Dahlan disebut dengan Proses ijtihad yaitu mengarahkan otoritas intelektual untuk sampai pada suatu konklusi tentang berbagai persoalan. Dalam konteks ini, pendidikan merupakan salah satu bentuk artikulasi tajdid {modernisasi } yang strategis dalam memahami ajaran Islam { Al-Qur’an dan Hadits } secara proporsional,
C. Analisis
Bahwa sesungguhnya Dahlan mencoba menggugat praktek pendidikan Islam pada masanya. Pada waktu itu pelaksanaan pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu maupun social yang telah menjadi model baku dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberikan kebebasan peserta didik untuk berkreasi, padahal menurut Dahlan pengembangan daya kritis, sikap dialogis, menghargai potensi akal dan hati yang suci, merupakan cara strategis bagi peserta didik mencapai pengetahuan tertinggi. Sesungguhnya Dahlan menginginkan pengelolaan pendidikan Islam secara modern dan professional, sehingga pendidkan yang dilaksanakan mampu
memenuhi kebutuhan peserta didik menghadapi dinamika zamannya. Dalam hal ini, setidaknya pemikiran pendidikan Dahlan dapat diletakan sebagai upaya sekaligus wacana untuk memberikan inspirasi bagi pembentukan dan pembinaan peradaban umat masa depan yang lebih proporsional.
PENDAHULUAN
K.H.Ahmad Dahlan salah satu tokoh pendidikan Islam yang terkenal. Ia hidup pada Zaman Belanda. Ia hidup di tengah-tengah keluarga yang alim ilmu agama. Ahmad Dahlan adalah tokoh penting yang tidak mengenyam pendidikan formal, meski seperti itu Ia gigih dalam belajar dan memperjungkan pendidikan Islam sehingga Ia mampu mendirikan suatu gerakan yang diberi nama Muhammadiyah.
Namun perjuangannya tidak hanya sampai di situ saja, ia terus menerus berupaya untuk membaharui dunia pendidikan Islam. Dalam makalah ini akan dibahas tentang biografi pendiri Muhammadiyah serta bagaimana pemikirannya tentang pendidikan.
Daftar Pustaka
Karim,Muhammad Rusli.Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar.1986.JAKARTA:Rajawali.
Ma’arif,Ahmad Syafi’i.Peta Bumi Intelektual Islam di Indonesia.1994.BANDUNG:Mizan.
Murodi.Sejarah Kebudayaan Islam.2004.SEMARANG:Toha Putra.
Noer,Deliar.Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.1996.JAKARTA:LPES.
Pasha,Mushtofa Kemal dan A.Adaby Darban.Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam.2003.YOGYAKARTA:Pustaka Pelajar Offset.
Ramayulis dan Samsul Nizar.Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam.2005.CIPUTAT:Quantum Teaching.
Shadily,Hassan.Ensiklopedi Indonesia.JAKARTA:Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Yunus,Muhammad.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.1990.JAKARTA:Hidakarya Agung.

Potret Pola Pendidikan di Cina

PENDAHULUAN
China merupakan Negara yang sering kita kenal sebagai Negara yang maju akan pendidikannya. Seperti halnya telah disebutkan dalam sebuah hadits “ carilah ilmu sampai negeri china”. Untuk itu kami akan menjelaskan sedikit mengenai Negara China, baik dari sistem pemerintahan maupun letak geografisnya.
PEMBAHASAN
STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN DI CHINA
A. Potret Sistem Pemerintahan
Republik Rakyat Cina juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/RRT Adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh wilayah kebudayaan, sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai Cina/Cina. Sejak didirikan pada 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina (PKC). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi pemerintahan satu partai.
RRC adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi melebihi 1,3 milyar jiwa, yang mayoritas merupakan bersuku bangsa Han. RRC juga adalah negara terbesar di Asia Timur, dan ketiga terluas di dunia, setelah Rusia dan Kanada. RRC berbatasan dengan 14 negara: Afganistan, Bhutan, Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara, Laos, Mongolia, Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Vietnam. Kepala negaranya dipimpin oleh seorang presiden.
B. Kondisi demografi china
Letak geografis china
− Sebelah utara : Mongolia, Rusia, dan Kazakhtan
− Sebelah barat : Pakistan, Kirgnistan, dan Tadzikistan
− Barat daya : India, Bhutan, dan Nepal
− Selatan : Asia Tenggara
− Timur : Korea dan Jepang
C. Filsafat Pendidikan di China
Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di Cina.
Tradisi pemikiran falsafah di Cina bermula sekitar abad ke-6 SM pada masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara. Kon Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak dasar dan pengasas falsafah Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk ciri-ciri khusus yang membedakannya dari falsafah India dan Yunani.
Dalam upaya melihat bahwa teori dan kehidupan praktis tidak dapat dipisahkan, kita perlu melihat bagaimana orang Cina memahami hubungan antara teori dan praktek dalam suatu pemikiran yang bersifat falsafah. Kita juga perlu mengetahui bagaimana teori dihubungkan dengan kehidupan nyata. Ada dua perkara yang harus dikaji dan ditelusuri secara mendalam: Pertama, konsep umum tentang ‘kebenaran’ dalam falsafah Cina; kedua, kemanusiaan yang dilaksanakan dalam kehidupan nyata dan kemanusiaan yang diajarkan para filosof Cina dalam sistem falsafah mereka. Secara umum pula pemahaman terhadap dua perkara tersebut ditafsirkan dari Konfusianisme, yaitu ajaran falsafah yang dikembangkan dari pemikiran Konfusius. Konfusianisme sendiri berkembang menjadi banyak aliran, di antaranya kemudian dikembangkan menjadi semacam agama, dengan kaedah dasar dari ajaran etikanya yang dirujuk pada pandangan atau ajaran Konfusius. Sebagai ajaran falsafah pula, Konfusianisme telah berperan sebagai landasan falsafah pendidikan di Cina selama lebih kurang 2000 tahun lamanya. Karena itu ia benar-benar diresapi oleh bangsa Cina secara turun temurun selama ratusan generasi. Konfusisnismelah yang mengajarkan bahwa antara teori dan praktek tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan individu atau masyarakat. Dalam Konfusianisme, seperti dalam banyak falsafah Cina yang lain, pemikiran diarahkan sebagai pemecahan masalah-masalah praktis . Karena itu falsafah Cina cenderung menolak kemutalakan atau pandangan hitam putih secara berlebihan. Kebenaran harus diuji dalam peristiwa-peristiwa aktual dalam panggung kehidupan, dan baru setelah teruji ia dapat diakui sebagai kebenaran.
D. Sistem Pendidikan China
Ada sebuah hadist mengenai pendidikan, yang dalam bahasa Indonesia berbunyi: “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist ini muncul satu negara, yaitu negeri Cina. Dari hadist ini timbul pertanyaan, ada apa dengan pendidikan cina sehingga dapat dijadikan panutan untuk negeri lain. Dalam buku Muhammad Said dan Junimar Affan (1987: 119) yang berjudul Mendidik Dari Zaman ke Zaman dikatakan bahwa: “Di negeri Cina pendidikan mendapat tempat yang penting sekali dalam penghidupan”. Dengan mendapatkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, membuat sistem pendidikan di Cina meningkat. Sikap orang Cina yang mementingkan pendidikan di dalam kehidupannya tela melahirkan sebuah filofis orang Cina mengenai pendidikan dan pendidikan ini telah lama menjaga kekuasaan Cina berapa lama, sampai pada masuknya bangsa asing ke Cina yang akan merubah wajah sistem pendidikan kuno di China. Tetapi, pada kesempatan ini tidak menjelaskan sampai masuknya bangsa asing ke Cina. Permulaan pendidikan Cina kuno mencampai puncak dimulai pada Dinasti Han, dimana ajaran Kung fu Tse kembali lagi diangkat dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat Cina, yang sebelumnya ajaran ini dibrangus oleh penguasa sebelumnya.
Masyarakat Cina yang menganggap pendidikan sejalan dengan filsafat, bahkan menjadi alat bagi filsafat, yang mengutamakan etika (Muhammad Said dan Junimar Affan, 1987: 119). Anggapan ini membuat pendidikan di Cina mengiringi kembalinya popularitas aliran filsafat Kung Fu Tse di dalam masyarakat Cina. Pada masa Dinasti Han banyak melahirkan para sarjana-sarjana yang kelak akan memimpin negara dan telah membuat Dinasti Han sebagai salah satu dinasti yang besar dalam sejarah Cina. Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh bekas pengikut-pengikut Kung Fu Tse ini telah melahirkan sebuah golongan yang terkenal dalam sejarah Cina dan menentukan perjalanan kekuasaan Dinasti Han, yaitu Kaum Gentry. Kaum gentry merupakan suatu komunitas orang-orang terpelajar yang telah menempuh pendidikan dan sistem ujian Negara. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh pihak pemerintahan pada saat itu pada awalnya bertujuan untuk mencari calon-calon pejabat pemerintahan yang beraliran konfusius. Jenjang pendidikan didasarkan atas tingkatan daerah administrative pemerintahan. Setiap distrik memiliki sekolah-sekolah, sampai pada akademi di ibukota kerajaan. Setiap jenjang tersebut diharuskan melewati system ujian yang terbagi ke dalam tiga tahapan. System ujian ini dinilai sangat berat, dikarebakan dari banyak orang yang ikut ujian ini hanya beberapa yang berhasil lulus. Kekaisaran dinasti han telah memberikan dasar-daar pada sistem ujian di daratan Cina, walaupun selanjutnya ada perubahan dan penambahan. Sistem pendidikan ini juga membawa perubahan pada stratifikasi masyarakat dan pola prestise dalam masyarakat. System pendidikan yang menghasilkan lulusan-lulusan pelajar secara alami membentuk kelas baru, yang pada akhirnya menggeser posisi bangsawan dalam stratifikasi masyarakat Cina. Dan pola prestise dalam masyarakat, dimana masyarakat tidak lagi sepenuhnya memandang orang dari kepemilikan harta atau keturunananya, tetapi masyarakat memandang seseorang dari jenjang pendidikan yang telah ditempunya. Disamping itu, kaum gentry ini diberikan penghormatan dan penghargaan berupa hak-hak istimewa dari pemerintahan dan masyarakat.
Pada masa Dinasti Han sudah terdapat sebuah system pendidikan yang ketat. Para pegikut-pengikut konfusius yang berada di beberapa daerah distrik mendirikan sekolah-sekolah yang bersifat informal. Disebut sekolah informal dikarenakan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak terikat oleh tempat atau waktu. Dengan menggunakan gambar yang tertera dalam pembelajaran dapat diketahui metode mengajar yang digunakan para guru dalam menyampaikan bahan materi pelajaran. Jadi dari gambar dan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa metode mengajar yang digunakan oleh guru pada saat itu ialah metode ekspositori (ceramah). Penyimpulan ini dikarenakan yang dilakukakan serupa dengan metode ekspositori, dimana guru lebih aktif disini dalam mentransfer ilmu kepada para murid. Setelah tahapan belajar mengajar, maka melangkah kepada tahapan evaluasi atau system ujian. System ujian yang berlaku pada masa Dinasti Han merupakan suatu hal yang unik dalam system pendidikan Cina. Pada masa itu sudah berkembang suatu system evaluasi yang sangat kompleks. Menurut Rochiati Wiriaatmadja, A. Wildan, dan Dadan Wildan (2003: 144 – 145) mengatakan bahwa ujian ini dibagi ke dalam tiga tahap atau jenjang. Tiga tahap ujian tersebut antara lain: Ujian tingkat pertama diadakan di beberapa ibukota prefektur (kabupaten). Calon pegawai yang dapat melewati ujian tahap pertama ini diberi gelar Hsui-Tsai, bila diartikan yaitu “bakat yang sedang berkembang”. Selanjutnya, ujian tingkat dua yakni ujian tingkat provinsi untuk mencapai gelar Chu-Jen, yakni “orang yang berhak mendapatkan pangkat”. Orang-orang yang berhak mengikuti tahapan ujian ini yaitu orang-orang yang telah mendapatkan gelar Hsui-Tsai. Para peserta ujian tidak langusng mengikuti ujian, tetapi mereka diharuskan mengikuti latihan di akademi prefektur dalam rangka menghadapi persiapan ujian Chu Jen. Ujian provinsi ini diadakan tiga tahun sekali. Mereka yang dapat lulus dari ujian ini dengan nilai tertinggi akan mendapatkan tunjangan belajar. Pada tahap akhir yaitu ujian tahap tiga yang diadakan di ibukota kerajaan. Ujian ini diadakan setiap tiga tahun sekali, dilaksanakan setahun setelah ujian provinsi. Tahapan ujian bertujuan untuk mendapatkan gelar Chih Shih, yakni “Sarjana naik pangkat”.
Ujian tersebut dilaksanakan di ruang dalam bangunan-bangunan yang sangat panjang dan lurus. Bangunan panjang tersebut terdiri dari kamar-kamar kecil yang disekat (dapat dilihat dalam lampiran 2 & 3). Calon pegawai tersebut tinggal di dalam kamar selama sehari untuk ujian tahap pertama, tiga hari untuk ujian tahap kedua, dan lebih lama lagi untuk ujian tahapan ketiga. Output-output yang dikeluarkan dari system pendidikan ini disalurkan menjadi pegawai-pegawai pemerintahan dan mereka yang gagal dalam mengikuti ujian ini akan menjadi tenaga-tenaga pengajar di daerah asalnya.
E. Kebijakan Pemerintah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam membangun suatu masyarakat bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat mengembangkan masyarakatnya menjadi masyarakat dan bangsa yang maju. Karena melalui pendidikan akan dapat dikembangkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ingin dikembangkanya. Semua keberhasilan itu, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh para pemimpin Cina dalam melakukan reformasi dalam berbagai aspek kehidupan di Cina, terutama dalam dunia pendidikan.
Cina, dalam beberapa tahun terakhir, berhasil membuat prestasi yang sangat mengagumkan, yaitu merubah kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, yang tadinya hanya sebagai negara berkembang, yang hanya mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakatnya, kemudian berubah dan masuk ke tahap awal menjadi masyarakat yang makmur. Perubahan yang dialami Cina merupakan perubahan yang sangat berarti. Perkembangan ekonomi dan kemajuan yang dialami Cina sangat dikagumi dunia dan dihormati oleh banyak kalangan. Keyakinan mereka membangun bangsa melalui sektor pendidikan terlihat dari upaya ekspansi yang berkelanjutan yang dilakukan sejak tahun 1980 sampai awal tahun 1990. Selama periode ini, pendidikan terus mengalami kemajuan secara cepat, dan banyak inovasi yang historis selama dekade tersebut.
Kemajuan dunia pendidikan yang terjadi di akhir 90-an dan awal 2000 di Cina tidak lepas dari peran dari seorang birokrat yang memiliki visi dan komitmen yang kuat terhadap dunia pendidikan. Li Lanqing, yang pada tahun 1993 di angkat menjadi Wakil Perdana Menteri Cina, sekaligus ditugasi untuk menangani masalah pendidikan di negeri tirai bambu tersebut, adalah orang yang dianggap berhasil melaksanakan tugasnya mendorong kemajuan Cina melalui reformasi dalam bidang pendidikan. Li Lanqing sebenarnya bukan tokoh yang berlatar belakang bidang pendidikan.
Pada tahun 1993, tercatat, guru memiliki gaji yang rendah dan disadari, kondisi ini akan berpengaruh terhadap kinerja dan profesionalitas guru dalam melaksanakan tugasnya. Bagaimana dapat menuntut guru melaksanakan tugas dengan optimal, kalau dirinya menghadapi masalah dengan kesejahteraan diri dan keluarganya. Pada tahun 1989, dana dari negara untuk pendidikan hanya 9,4 milyar yuan. Dengan dana sebesar itu, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dunia pendidikan, yang harus melayani masyarakat lebih dari satu milyar orang. Li Lanqing memandang bahwa yang bertanggung jawab menyediakan pendidikan yang layak adalah pemerintah. Pendidikan dasar, khususnya untuk wajib belajar, sangat tergantung pada alokasi dana dari pemerintah. Demikian juga dengan pembiayaan pengembangan infrastruktur untuk pendidikan keterampilan dan pendidikan tinggi, sangat bergantung pada dukungan dana dari pemerintah. Hanya permasalahannya adalah semua itu harus diatur dengan undang-undang.
Beberapa inovasi lain telah digulirkan Cina adalah, diberlakukannya wajib pendidikan dasar 9 tahun dan penghapusan buta huruf bagi anak muda dan setengah baya. Inovasi ini berhasil meningkatkan tingkat pendidikan nasional secara berarti. Pendidikan tinggi dikembangkan secara cepat dengan beberapa perubahan awal, diantaranya pembelajaran dikembangkan dengan menekankan pada peningkatan kualitas siswa, seperti mengembangkan karakter siswa sebagaimana penguasaan pengetahuan (kognisi). Penggunaan teknologi informasi dalam pendidikan juga telah berhasil mendorong mempercepat moderinisasi. Kompensasi, kesejahteraan dan status sosial guru telah banyak dikembangkan, dan membuat profesi tersebut mendapat respek dan penghormatan dari masyarakat. Pendidikan swasta berkembang dengan cepat. Hal ini ditandai dengan banyak jenis sekolah dibangun. Pertukaran pendidikan dan kerja sama dengan negara lain secara aktif dan luas telah memperkuat daya saing/kompetisi di dunia.
Pada dekade terakhir, sejumlah permasalahan besar telah terpecahkan. Total dana pendidikan nasional telah mencapai rata-rata 20% per tahun, dan mencapai 548 milyar yuan pada tahun 2002, lima kali lebih banyak dibanding tahun 1993. Di akhir abad 20, wajib pendidikan dasar 9 tahun telah mendekati universal dan remaja dan orang-orang setengah baya telah bebas dari buta huruf, sementara pendidikan menengah telah meningkat dengan sangat pesat. Sejak tahun 1999, institusi pendidikan tinggi telah mengerahkan banyak siswa setiap tahunnya hingga tahun 2002. Terdapat 16 juta siswa di jenis pendidikan tinggi yang berbeda. Berdasarkan statistik UNESCO terakhir skala pendidikan tinggi Cina adalah terbesar di dunia. Selama sepuluh tahun perubahan dan pengembangan secara keseluruhan telah menciptakan suatu pemandangan pendidikan baru di Cina.
F. Kurikulum Pendidikan
Untuk mengembangkan pendidikan karakter tersebut, maka Li Lanqing melakukan reformasi pada kurikulum, buku teks, dan sistem evaluasi dan testing. Kurikulum sekolah dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki anak; kurikulum diarahkan untuk memfasilitasi semua potensi yang dimiliki anak agar berkembang secara optimal, melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada siswa melalui diskusi, mendorong pada pengembangan berfikir inovatif, dan pembelajaran yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://juanfranklinsagrim.blogspot.com
http://ahmadsamantho.wordpress.com
http://www.ilmupendidikan.net

Teori Kurikulum

A. Pragmatisme
• Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupakan budaya dan tradisi berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir sebagai sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang terjadi pada awal abad ini.
• Penemu Aliran Pragmatisme
Salah satu tokoh sentral yang sangat berjasa dalam pengembangan pragmatisme pendidikan adalah John Dewey (1859 - 1952). Pragmatis Dewey merupakan sintesis pemikiran-pemikiran Charles S. Pierce dan Williem James. Dewey mencapai puncak popularitasnya di bidang Logika, Etika Epistimologi, Filsafat Politik dan Pendidikan.
• Konsep Pendidikan
Dalam menghadapi industrialisasi Eropa dan Amerika, Dewey berpendirian bahwa sistem pendidikan sekolah harus diubah. Sains, menurutnya, tidak mesti diperoleh dari buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-tugas yang berguna.
Belajar harus lebih banyak difokuskan melalui tindakan dari pada melalui buku. Dewey percaya terhadap adanya pembagian yang tepat antara teori dan praktek. Hal ini membuat Dewey demikian lekat dengan atribut learning by doing. Belajar haruslah dititiktekankan pada praktek dan trial and error. Akhirnya, pendidikan harus disusun kembali bukan hanya sebagai persiapan menuju kedewasaan, tetapi pendidikan sebagai kelanjutan pertumbuhan pikiran dan kelanjutan penerang hidup. Sekolah hanya dapat memberikan kita alat pertumbuhan mental, sedangkan pendidikan yang sebenarnya adalah saat kita telah meninggalkan bangku sekolah, dan tidak ada alasan mengapa pendidikan harus berhenti sebelum ajal menjemput.
Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar siswa harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana agar siswa senantiasa merasa haus akan pengetahuan. Karena pendidikan merupakan proses masyarakat dan banyak terdapat macam masyarakat, maka suatu kriteria untuk kritik dan pembangunan pendidikan mengandung cita-cita utama dan istimewa.
Dewey mengembangkan Pragmatisme dalam rangka mengarahkan kegiatan intelektual untuk mengatasi masalah sosial yang timbul di awal abad ini. Dewey menggunakan pendekatan biologis dan psikologis, berbeda dengan James yang tidak menggunakan pendekatan biologis. Dewey menerapkan Pragmatismenya dalam dunia pendidikan Amerika dengan mengembangkan suatu teori problem solving, yang mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merasakan adanya masalah
2. Menganalisis masalah itu, dan menyusun hipotesis-hipotesis yang mungkin.
3. Mengumpulkan data untuk memperjelas masalah.
4. Memilih dan menganalisis hipotesis.
5. Menguji, mencoba, dan membuktikan hipotesis dengan melakukan eksperimen/pengujian.
• Kurikulum menurut aliran Pragmatis
Pragmatis menghendaki system pendiddikan yang tidak hanya diperoleh dari buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-tugas yang berguna. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kurikulumnya dititik beratkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental yang didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek. Aliran pragmatisme dalam pendidikan di Indonesia biasanya diterapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ).
B. Eksistensialisme
• Pengertian dan Tokoh Aliran Eksistensialisme
Sejarah munculnya eksistensialisme yaitu pertama istilah ini dirumuskan oleh ahli filsafat Jerman yaitu Martin Heidegger (1889-1976).akar metodelogi eksistensialisme ini berasal dari fenomenologi yang dikembangkan oleh Edmund husserl (1859-1938).
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.
• Konsep Pendidikan
Eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan karena pusat pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia. Sedangkan Pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Dalam GBHN 1973, Pendidikan yaitu suatu unsure yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju kepribadian yang utama. Aliran pendidikan eksistensialisme yaitu aliran yang memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mendapatkan pendidikan secara otentik yang artinya setiap manusia mempunyai tanggungjawab dan kesadaran diri untuk mereka sendiri
• Kurikulum menurut Aliran Eksistensialisme
Aliran eksistensialisme memandang bahwa pendidikan memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mendapatkan pendidikan secara otentik, namun setiap individu harus bertanggung jawab terhadap kebebasannya. Di Indonesia aliran ini biasanya diterapkan pada pendidikan anak usia dini, misalnya PAUD.
C. Progresivisme
• Pengertian Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini muncul dan berkembang pada permulaan abad XX terutama di Amerika Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia filsafat pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konfensional yang diwarisi dari abad XIX.
• Pencetus Aliran Progresivisme
Aliran ini dipelopori oleh John Dewey. Aliran ini memendang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan, hal itu ditunjukan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika disbanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul didalam maupun diluar sekolah.
• Konsep Pendidikan
Progresifisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah- masalah yang bersifat menekan atau mengancam pada manusia itu sendiri. Berhubung dengan itu progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter. Baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan ﴾ yang baik ﴿ karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-kemanpuan tersebut dalam proses pendidikan. Padahal semuanya itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progres.
Menurut dewey tujuan umum pendidikan adalah membentuk warga yang demokratis. Isi pendidikanya lebih mengutamakan bisdang-bidang studi seperti IPA, Sejarah, Ketrampilan serta hal-hal yang berguna atau langsung dirasakan oleh masyarakat.
Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan bakat yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain,oleh karena itu progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran, dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
Progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes,dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai zamannya. Sifat kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu bersifat eksperimentalatau tipe core curriculum. Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan asas manusia dalam hidupnya selain berinteraksi di dalam lingkungan yang komplek.
Progresifisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-ciri intergrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat menjangkau aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
• Kurikululum Menurut Aliran Progresivisme
Pendidikan progresivisme di dasarkan pada pandangan bahwa pendidikan harus terpusat kepada anak bukannya memfokuskan pada guru atau muatan kurikulum. Jika disamakan dengan kurikulum di Indonesia maka aliran progresivisme ini sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP yang sedang diberlakukan saat ini
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam . 1988. Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset.
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html
Http://one.indoskripsi.com
Http://mahfudz30.wordpress.com
http://masjemmy.com/eksistensialisme.htm
Khobir, Abdul. , 2007 . Filsafat Pendidikan Islam, Pekalongan: STAIN Press.
Zuhairini, dkk, , 1995 . Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksari.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

PENDAHULUAN
Pada era yang semakin maju, masalah penemuan identitas pada individu menjadi semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju kapada anggota-anggotanya menjadi lebih berat. Persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota masyarakat bukan saja kematangan fisik melainkan juga kematangan mental psikologis, cultural, intelektual, dan religious. Kerumitan ini akan terus meningkat pada masyarakat yang sedang membangun, sebab perubahan cepat yang terjadi pada masyarakat yang sedang membangun, akan merupakan tantangan pula bagi individu atau siswa, keadaan inilah yang menuntut diselenggarakannya bimbingan dan penyuluhan. Dalam makalah ini akan lebih dijelaskan mengenai “Bagaimana sejarah dan perkenbangan bimbingan dan penyuluhan di Amerika Serikat dan di Indonesia”.
A. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Penyuluhan
1. Di Amerika Serikat
Bimbingan dan penyuluhan sebagai suatu ilmu, masih merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Bimbingan dan penyuluhan mula-mula timbul di Amerika Serikat sekitar permulaan abad ke-20 yang dipelopori oleh Frank Persons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John. Brewer, dan sebagainya.
Pada awal sejarah bimbingan pada tahun 1908 didirikan suatu “Vocational Bureau” oleh Frank Parsons, yang selanjutnya dikenal dengan nama “The Father of Guidance” yang didalamnya menekankan setiap individudiberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelegensi dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya. Pada tahun 1909 beliau mengeluarkan buku yang membahas tentang pemilihan jabatan yang merupakan suatu aspek yang penting di dalam lapangan bimbingan dan penyuluhan. Selanjutnya pada tahun 1910-1916, Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah di Dentral High School di Detroit, Eli Wever di New York dan John Brewer di Universitas Harvard mulai memberikan kuliah-kuliah tentang bimbingan dan penyuluhan. Dan pada tahun 1913 didirikanlah suatu perhimpunan di antara pembimbing itu.
Jadi pada awal perkembangan ini pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan jabatan yang umumnya disebut sebagai periode parsonian, bimbingan dilihat sebagai usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan tentang jabatan, kedua jenis keterangan ini kemudian dipasang dan dicocokan yang pada akhirnya dapat menentukan jabatan apa yang paling cocok. Pada perode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Pada peride ketiga ini rumusan konseling dimunculkan, rumusan konseling yang muncul pada periode ketiga itu memperlihatkan secara nyata bahwa konseling itu merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan diantara yang lain. Pada periode keempat menekankan pentingnya proses perkembangn individu dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam mencapai kematangan dan kedewasaan.
Menurut Arthur E. Traxler and Robert D. North, dalam bukunya yang berjudul : “ Techniques of Guidance”, disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan, diantaranya :
1) Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, timbulah gerakan kemanusiaan yang menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Mgerakan ini membantu Vocational Bureau Parsons dalam bidang keuangan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja yang baik.
2) Para rohaniawan berpandangan bahwa dunia adalah di mana ada pertentangan terus menerus antara baik dan buruk. Dengan adanya gerakan ini mendorong tumbuhnya gerakan bimbingan di Sekolah.
3) Adanya aliran kesehatan mental ( mental hygiene ) yang mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantara anak-anak muda.
4) Adanya perubahan dalam masyarakat akibat perang dunia II, pengangguran, depresi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, wajib belajar dan lain-lain. Perubahan ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.
5) Adanya gerakan mengenal siswa sebagai individu, biasanya berhubungan dengan tes. Hal ini karena sulitnya pendidik untuk mengenal atau memahami siswa-siswinya secara individual atau pribadi.
2. Di Indonesia
Kegiatan bimbingan pada hakikatnya telah berakar dalam seluruh kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia. Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha bimbingan sebelum kemerdekaan, dekade 40-an, dekade 50-an, dekade 60-an, dekade 70-an, dan dekade 80-an.
• Sebelum masa kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkraman penjajah. Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah, para siswa dididik untuk kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapi rasa nasionalisme rakyat Indonesia sangat besar, sehingga upaya penjajah banyak mengalami hambatan.
Rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme dan kemerdekaan berusaha untuk memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah satu diantaranya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara. Lebih dari itu falsafah dasarnya yang terkenal yaitu : “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani”, yang mengandung makna sangat dari sudut pendidikan. Dari sudut pandangan bimbingan hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
Di samping itu, lembaga pendidikan pesantren yang mengacu pada kemandirian pada hakikatnya merupakan upaya-upaya bimbingan. Demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan dalam masa penjajahan adalah modal dasar atau benih-benih untuk berkembangnya bimbingan.
• Dekade 40-an
Pada dekade ini merupakan masa perjuangan. Dekade 40-an bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah yang amat penting, karena pada dekade inilah rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya yaitu 17 Agustus 1945.
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan keterbelakangan merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan saat itu.
Melalui kegiatan pendidikan serba darurat maka pada saat itu diupayakan secara bertahan memecahkan masalah besar tadi melalui pemberantasan buta huruf. tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Hal ini pulalah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.
• Dekade 50-an
Pada dekade ini masih merupakan masa perjuangan. Menjelang dekade 50-an pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia tercapai. Akan tetapi bangsa Indonesia masih harus menghadapi tantangn yang amat besar yaitu menstabilkan berbagai aspek kehidupan yang terkoyak-koyak selama penjajahan dan perjuangan kemerdekaan. Selama decade ini situasi politik, sosial, ekonomi belum stabil dan merupakan tantangan besar. Dalam masa ini pendidikan pun mengalami tantangan yang amat besar, yaitu bagaimana memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan.
Kegiatan bimbingan pada masa ini lebih banyak tersirat dalam pendidikan. Pada hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa di Sekolah agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang amat darurat, karena masa itu masih banyak orang tua yang enggan menyekolahkan anaknya dan banyak anak yang putus sekolah. Hal itu dipengaruhi oleh jehidupan colonial sehingga bimbingan orang tua sangat diperlukan.
• Dekade 60-an
Dekade 60-an ini merupakan masa perintisan. Memasuki dekade 60-an situasi politik kurang begitu menguntungkan dengan klimaksnya pemberontakan G 30 S / PKI tahun 1945. Akan tetapi, dalam decade ini pula lahir Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan menegakkan, serta sudah mulai mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
Beberapa peristiwa penting dalam bidang pendidikan diantaranya :
a. Ketetapan MPRS Tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional.
b. Lahirnya kurikulum SMA Gaya Baru 1964, dengan keharusan pelaksanaan bimbingan dan konseling ( bimbingan dan penyuluhan).
c. Lahirnya kurikulum 1968, dan lain-lain.
Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah sebagai salah satu kelengkapan sistem. Layanan bimbingan diperlikan sebagai sesuatu yang eksplisit. Di sinilah timbul tantangan untuk mulai merintis pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang terprogram dan terorganisasi dengan baik.
Beberapa upaya perintisan yang telah dilakukan antara lain :
• Anjuran dari para pengelola, agar sekolah-sekolah melaksanakan bimbingan dan konseling.
• Publikasi kepustakaan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling, dan lain-lain.
• Dekade 70-an
Pada dekade ini bimbingan mulai ditata melalui penataan legalitas sistem, konsep dan pelaksanaanya. Kelahiran orde baru telah banyak mernyadarkan bangsa Indonesia akan kelemahan di masa lampau dan berusaha memperbaiki masa yang akan datang, hal ini lebih diutamakan dalam bidang pendidikan.
Dalam decade inilah banyakl dilaksanakan inovasi pendidikan seperti :
a. Peningkatan mutu guru.
b. Pengembangan buku teks.
c. Pengembangan sistem seleksi ke perguruan tinggi, dan lain-lain.
Keadaan di atas memberikan tantangan dan peluang besar untuk upaya penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual maupun operasional, beberapa upaya kegiatan penataan bimbingan selama dekade ini antara lain :
• Pemantapan layanan bimbingan dan konseling untuk menunjang inovasi di PPSP.
• Mulai dibuka program Pasca Sarjana untuk bidang bimbingan dan konseling ( di IKIP Bandung tahun 1977 ).
• Perintisan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, dan lain-lain.
• Dekade 80-an
Dalam decade ini bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini antara lain :
a. Penyempurnaan kurikulum ( dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 ).
b. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru melalui PMDK maupun ujian tulis.
c. Pelaksanaan wajib belajar, dan lain-lain.
Dalam decade ini bimbingan perlu dimantapkan melalui upaya-upaya sebagai berikut :
• Upaya penerangan bimbingan terpadu dalam pengelolaan dan layanan.
• Penyempurnaan sistem penataran para petugas di Lapangan.
• Penyelenggaran seminar dan lokakarya yang lebih professional baik tingkat nasional maupun internasional.
Dengan melihat uraian diatas, maka dalam decade 80-an dan selanjutnya bimbingan akan makin mantap posisinya dalam bidang pendidikan.
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan penyuluhan sebenarnya sudah ada sejak dahulu sebelum kemerdekaan hingga dekade 80-an , namun perkembangannya bertahap melalui tahapan-tahapan yang awalnya dimulai dari individu atau personalia hingga masuk dalam pendidikan. Dan sekarang bimbingan dan penyuluhan telah ada diberbagai bidang yang mengalami kendala, sesuai dengan pengertiannya bimbingan dan penyuluhan sebagai wadah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi baik pribadi maupun kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman Anti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 1999. JAKARTA : PT. Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. 2002. JAKARTA : PT. Rineka Cipta
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, cet III. 1995. YOGYAKARTA : Andi Offset.

Aliran Rekontruksi

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses pemindahan ilmu dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dalam rangka pelestarian kebudayaan. Oleh karena itu sebuah pendidikan haus selalu dinamis dalam mencapai tujuannya.
Penilaian dalam bidang pendidikan dalam rangka pengembangannya berlangsung seperti suatu diskusi yang berkepanjangan. Agar diskusi yang berkepanjangan itu dapat diikuti dan dipahami, maka berbagai aspek dari aliran itu harus dipahami terlebih dahulu, terutama aliran yang menyangkut pengembangan dari pendidikan itu sendiri yaitu aliran rekonstruksionisme yang mana dengan adanya aliran itu terjadi pembaruan pendidikan dari masa – masa.
Dalam makalah ini kami mejelaskan sedikit tentang aliran rekontruksionisme.
PEMBAHASAN
 Pengertian
Kata Rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris ”reconstruct”, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme . Tetapi sesuai dengan aliran istilah yang dikandungnya, yaitu berusaha membina suatu konsessus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia (kembali ke bentuk aslinya)
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesame manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan, rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru .
 Latar Belakang Aliran rekonstruksionisme
Kehadiran aliran rekonstruksionisme ini dalam pendidikan didorong adanya tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengalami kebimbangan, ketakutan dan kebingungan dalam menghadapi perkembangan zaman.
Rekonstruksionisme ini untuk pertama kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubaeker yang mengkaji tentang ide pokok rekontruksionisme. Tokoh lain yang mempelopori aliran ini diantaranya adalah George S. Couts .
 Ontologi Aliran Rekontruksionisme
Sesuai dengan namanya, rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tata susunan baru seluruh lingkungannya, dengan kata lain rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan .
 Epistimologi Aliran Rekontruksionisme
Kajian epistimologi aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran pramatisme (progressive) dan perenialisme. Menurut aliran ini untuk memahami realita memrlukan suatu asas tahu. Maksudnya, kita tidak mungkin memahami realita tanpa mengetahui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan ilmu pengetahuan. Karenanya, baik indra maupun rasio sama – sama berfungsi membentuk pengetahuan dan akal dibawa oleh panca indera menjadi pengetahuan yang sesungguhnya.
Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self – evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita, dan eksistensinya. Dengan kata lain, pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu itu sendiri.
 Aksiologi Aliran Rekontruksionisme
Langkah awal yang diamil oleh alirn rekonstruksionisme yaitu dengan mengadakan Persahabatan Pendidikan Amerika. Prinsip – prinsip yang menjadi landasan kerja yaitu :
1. Memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada setiap anak, tanpa membedakan ras, kepercayaan / latar belakang ekonomi.
2. Memberikan pendidikan tinggi latihan akademik, professional, dan teknikal kepada setiap mahasiswa untuk dapat menyerap dan menggunakan ilmu dan teknologi yang diajarkannya.
3. Membuat sekolah – sekolah Amerika menjadi berperan sangat penting sebagai satu bagian dari kehidupan nasional kita yang akan menarik bagian karena para gurunya adalah laki – laki dan perempuan dari zaman kita yang sangat bersemangat.
4. Menyusun sebuah program pemuda untuk anak – anak muda yang berusia 17 sampai dengan 23 tahun untuk membawa mereka dan sekolah aktif menuju pada partisipasi dalam masyarakat orang dewasa.
5. Mengusahakan penggunaan penuh dari perlengkapan sekolah untuk pertemuan – pertemuan pemuda, kegiatan – kegiatan masyarakat, pendidikan orang dewasa
6. Bekerja sama penuh dengan semua lembaga masyarakat dan lembaga sosial menuju sebuah masyarakat demokratis yang sesunggunya
7. Terus memperluas penelitian dan eksperimentasi pendidikan
8. Mengajak pemimpin masyarakat untuk menjadikan pendidikan sebagai sarana dari masyarakat menjadi bagian dari sekolah.
Langkah berikutnya adalah mengenai kurikulum – kurikulum rekonstruksionisme lebih memusatkan perhatiannya pada problema – problema yang dihadapi masyarakat. Aliran rekonstruksionisme melihat kurikulum sebagai alat untuk mempengaruhi perubahan sosial dan masyarakat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.
 Macam – macam Aliran Rekontruksionisme
1) Rekonstruksionisme Sosial
George S. Couts menulis bahwa dewasa ini terdapat jurang pemisah yang besar dan sulit dihilangkan, antara peradaban industri dengan adat istiadat, kesetiaan – kesetiaan, pemahaman – pemahaman, dan pandangan kita.
Pada tahun 1932, George S. Couts menerbitkan “The selective character of American secondary education”, ia menyalahkan sekolah – sekolah karena mengabdikan ketidaksamaan – ketidaksamaan yang mencolok berdasarkan garis ras, kelas dan etnik. Ia menegaskan bahwa sekarang ini seolah – olah menengah umum sebagian besar dimasuki oleh anak – anak dari kelas sosial yang lebih baik kemampuan keluarganya. Hal ini memberikan tontonan kepada kita tentang suatu hak istimewa yang sedang dipamerkan atas biaya masyarakat, yang memperlihatkan bahwa kelas – kelas yang berkemampuan lebih baik telah memperoleh kedudukan yang istimewa dalam masyarakat modern. Ia juga menulis buku “Dare the schools build a new social order?”, yang mungkin merupakan karyanya yang paling terkenal. Pertanyaan – pertanyaa didorong oleh masalah sebuah masyarakat yang dilanda kesulitan ekonomi dan masalah – masalah sosial yang sangat besar, pendidikan ditantang untuk lebih memberikan pelayanan sebagai sebuah agen perubahan dari rekonstruksionisme sosial pada mempertahankan status quo dengan ketidaksamaan – ketidaksamaan dan masalah yang terendam didalamnya.
2) Rekonstruksionisme Radikal
John Dewey memandang pendidikan sebagai rekontruksi pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan harus merupakan gambaran kecil dari kehidupan kecil dari masyarakat rekonstruksi radikal memandang pendidikan sebagai alat pembangunan masa depan.
 Pandangan Aliran Rekonstruksionisme tentang Pendidikan
Pandangan aliran rekonstruksionisme tentang pendidikan ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :
1. Teori Pendidikan Aliran Rekonstruksionisme
Menurut aliran rekonstruksionisme teori pendidikan didasarkan kepada hal – hal sebagai berikut :
a. Tujuan pendidikan
- Sekolah rekonstruksionisme berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarakat.
- Tugas Sekolah – Sekolah rekonstruksionisme adalah mengembangkan “insinyur – insinyur” sosial, warga Negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyrakat kini.
- Tujuan pendidikan rekonstruksi adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia dan mengajarkan kepada mereka keterampilan – keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
b. Metode Pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan masyarakat dan kebutuhan – kebutuhan pragmatic untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
c. Kurikulum berisi mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan – kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah – masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia, yang termasuk didalamnya masalah – masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif. Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang – cabang ilmu sosial dan proses – proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
 Pandangan Aliran Rekonstruksionisme tentang Belajar
Pandangan aliran ini terhadap belajar juga dapat dilihat dari beberapa aspek pendidikan, yaitu :
1. Pelajar
Siswa hendaknya dipandang sebagai bungan yang sedang mekar, yang mengandung arti bahwa siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjdai manusia pembangunan masyarakat masa depan.
2. Pengajar
a. Direktur Proyek
Adalah guru yang tugasnya membantu para siswa mengenali masalah – masalah yang dihadapi umat manusia sehingga para siswa merasa terikat untuk memecahkannya.
b. Pemimpin Penelitian
Adalah guru yang tugasnya harus menumbuhkan dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan, guru harus menumbuhkan berpikir yang berbeda – beda sebagai suatu cara untk menciptakan alternatif pemecahan – pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilan.
3. Pengajaran
Pelaksanaaan pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan sesuai dengan potensi masyarakat.
4. Belajar
Siswa hendaknya belajar dengan tekun dalam menghadapi perkembangan zaman dan kemajuan teknologi agar tujuan dari pendidikan dapat terlaksana.
KESIMPULAN
Jadi munculnya aliran rekonstruksionisme ini didorong adanya suatu tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan.
Aliran rekonstruksionisme adalah aliran dalam filsafat pendidikan yang berusaha mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata susunan baru seluruh lingkungannya, dengan kata lain rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
 Perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran
 Rencana yang mengambarkan prosedur dan pengoraginasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dlam silabus
 Pembelajaran adalah proses yang ditata dan diatur menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan.
B. Unsur-unsur dalam RPP
Dalam menyusun sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari beberapa unsur yaitu :
1) Mata Pelajaran
2) Kelas dan Semester
3) Alokasi Waktu
Alokasi waktu: waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pembelajaran pada setiap KD.
4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.
Standar Kompetensi (SK) adalah tujuan pembelajaran secara umum. Sedangkan Kompetensi dasar ini berupa penjabaran dari standar kompetensi. SK tidak boleh diubah (sesuai kurikulum). Namun boleh ditambah kalau tidak ada. Penulisannya pun disesuaikan dengan peraturan yang ada (kalau tidak salah ada lembar penggunaan kalimat operasional yang berupa kata kerja untuk pembuatan SK dan KD)
5) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa bersama guru di kelas. Bisa berupa demonstrasi, tanya jawab, diskusi, game, praktikum, dan lain-lain.
6) Tujuan Pembelajaran
I. Tujuan pembelajaran terbagi atas 2 bagian :
a. Tujuan pembelajaran umum
b. Tujuan pembelajaran khusus
Kriteria :
a. Harus menggunakan istilah- istilah yang operasional Spt : menuliskan, menyebutkan, menghitung, membedakan, dsg.
b. Harus dalam bentuk hasil belajar
Adalah Menggambarkan hasil belajar yang diharapkan pada diri siswa setelah ia menempuh segala KBM atau dengan kata lain hasil apa yang sudah diperoleh setelah ia mempelajari suatu pokok bahasan.
c. Harus berbentuk tingkah laku dari para siswa
Artinya Setelah siswa mempelajari pokok bahasan tsb adanya perubahan pengetahuan tentang materi pelajaran.
d. Hanya meliputi satu jenis tingkah laku
Adalah Kemampuan yang dimiliki oleh siswa cukup hanya terbatas
7) Indikator
Indikator adalah tanda-tanda yang dapat digunakan untuk menentukan/mengukur ketercapaian KD. Indikator berisi perilaku bawahan atau jabaran perilaku yang terdapat dalam KD. Indikator harus rinci, spesifik dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya.
8) Materi Pembelajaran
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
9) Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervarian sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satupun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.
Jadi metode merupakan ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan dimana pengajaran berlangsung.
Macam – macam Metode Mengajar diantaranya :
 Metode Ceramah
 Metode Diskusi
 Metode Tanya Jawab
10) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar.
11) Evaluasi
Penilaian: bisa tes lisan, tertulis, kinerja saat praktikum, hasil karya (portofolio).
C. Contoh RPP

Nama Sekolah : MI Negeri Pasar Kemis
Mata Pelajaran : MatematikaKelas/Semester : V/I
Waktu : 2 x 35 Menit
Pendekatan : contekstual teaching learning
Metode : ekspositori, penemuan, tanya jawab, latihan, diskusi

Standar Kompetensi Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar
Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk pengginaan sifat sifatnya pembulatan dan penaksiran

Indikator dan pencapaian hasil belajar
 Menggunakan sifat komutatif (pertukaran), asosiatif (pengelompokkan), dan distributif dalam penghitungan.
 Membulatkan bilangan-bilangan dalam satuan, puluhan serta ratusan terdekat
 Menaksir hasil operasi hitung (menjumlahkan, mengurangkan, mengali, dan membagi) dua bilangan
Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok
Operasi hitung bilangan bulat
Sifat komutatif, asosiatif dan distributif serta pembulatan dan penaksiran
Pengalaman Belajar
 Menjumlahkan kancing merah dan kancing putih kemudian ditukar urut-urutannya.
 Menjumlahkan bilangan terbesar lebih dahulu daripada bilangan yang keci dibandingkan dengan menjumlahkan bilangan terkecil dahulu baru kemudian bilangan yang besar.
 Mengalikan bilangan yang kecil dengan bilangan yang besar dibandingkan dengan mengalikan bilangan yang besar dengan bilangan yang kecil

Sumber/Bahan/Alat
Handoko, Tri. 2006. Terampil Matematika 5. Jakarta: Yudhistira. Kancing berwarna-warni
Penilaian
Penialain Kognitif
Guru memberikan postes berupai uraian, seperti:
1. 27 + 30 = … + …
2. 89 + 71 = … + …
3. 23 + (41 + 5) = (… + …) + …
4. (91 + 200) + 9 = … + (… + …)
5. 54 + (58 + 25) = (… + …) +…

Analisis Hasil Belajar dan Tindak Lanjut
Batas ketuntasan belajar siswa adalah bila siswa mencapai nilai 6.
Bagi siswa yang belum tuntas harus diberikan remedial.

pendekatan bimbingan dan penyuluhan

1. Pendekatan Bimbingan dan penyuluhan
Bimbingan dan penyuluhan pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Sejak zaman dahulu bimbingan dan penyuluhan ini sudah ada didalam meghadapi kesulitan, orang biasanya meminta bantuan orang lain untuk turur serta memecahkan kesulitan tersebut. Didalam memecahkan masalah-masalah tersebut terlihat adanya perbedaan antara orang-orang tua kita pada zaman dahulu dengan orang-orang tua kita zaman sekarang. Perbedaan ini terletak pada approach yang ditempuh dalam menghadapi masalah.
Pendekatan/approach yang sering diempuh oleh orang-orang zaman dahulu disebut dengan non scientif aproach atau pseudo – scientific approach karena approach ini tidak mendasarkan atas hal-hal yang objektif, tidak mendasarkan hal-hal yang nyata dan lebih bersifat misterius. Sedangkan approach yang dipakai oleh orang zaman sekarang disebut scientific approach karena mendasarkan hasil-hasil interview, hasil penelitian prestasi belajar, hasil test dengan sebagainya. Jadi, mendasarkan hal-hal yang objektif, dan tidak bersifat spekulatif serta dapat dipertangung jawabkan secara ilmiah.
Sedangkan dilihat dari pendekatan bimbingan, imbingan dibagi menjadi 4 penedekatan :
a. Pendekatan krisis
Adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah.
b. Pendekatan remedial
Adalah upaya pembimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan.
c. Pendekatan preventif
Adalah upaya pembimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum.individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu.
d. Pendekatan perkembangan
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan.

2. Metode Bimbingan dan Penyuluhan
Beberapa macam metode yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data dalam merealisasikan bimbingan dan penyuluhan :
a) Observasi
Yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung.
Ditinjau dari segi peranan observer, maka observasi dapat di bagi menjadi 3 yaitu:
 Observasi yang berpartisipasi ( Participant Observation )
Observer ( Pembimbing )turut mengambil bagian didalam perikehidupan/ situasi dari orang-orang di observasinya ( Observess ).
 Observasi non participant ( Non Participant Observation )
Observasi ini merupakan kebalikan dari Participant Observation. Pada teknik ini, observer tidak mengambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan yang diobservasi.
 Quasi Partisipasi
Dalam obervasi ini seolah-olah observer turut berpartisipasi.
Ditinjau dari tujuannya, maka observasi dibagi menjadi 2 :
1) Observasi Sistematis
Observasi yang dilaksanakan dengan mempergunakan rancangan rangka terlebih dahulu.
2) Observasi Non Sistematis
Merupakan observasi yang belum disistematisasikan mengenai hal-hal yang akan diselidiki.
Ditinjau dari segi situasinya, observasi dibedakakan menjadi 3 macam :
1) Free situation, yaitu observasi yang dijalankan dalam situasi yang bebas, tidak ada hal-hal yang membatasi jalannnya observasi itu.
2) Manipulated situation, yaitu obsrvasi yang situasinya sengaja diadakan.
3) Partially controlled situation, yaitu percampuran dari keadaan observasi yang terdahulu.

b) Questionnaire/angket
Merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab/ dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran questionnaire tersebut.
Dipandang dari bentuk questionnaire, maka ada tiga macam pertanyaan :
 Pertanyaan yang tertutup ( Closed Questionnaire )
 Pertanyaan yang terbuka ( Opened Questionnaire )
 Pertanyaan yang terbuka dan tertutup
Dilihat dari caranya memberikan questionnaire, maka dibedakan :
 Langsung yaitu bila langsung diberikan kepada sasaran mendapatkan jawaban dari tangan pertama.
 Tidak langsung yaitu questionnaire didalam mendapatkan jawaban membutuhkan perantara.
c) Interview
Adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan wawancara secara langsung ( face to face relation )
Macam-macam interview :
 Menurut tujuannya
a) The Imployment Interview yaitu ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai dimana sifat-sifat yang dipunyai oleh orang terhadap krreteria yang dibutuhkan.
b) Informational Interview yaitu ditujukan untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.
c) Administrasi Interview yaitu dijalankan untuk keperluan administrasi.
d) Counseling Interview yaitu dijalankan untuk keperluan konseling.
 Menurut jumlah orang yang di interview
a) Interview perseorangan
b) Interview kelompok/golongan
 Menurut peranan yang dimainkan
a) The non-directive yaitu interview yang kurang terpimpin dan kurang mendasar atas pedoman-pedoman tertentu.
b) The focused interview yaitu interview yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan objek-objek yang diselidiki.
c) The repeated interview yaitu interview yang berulang.
d) Sosiometri
Sosiometri ini digunakan untuk melihat bagaimana hubungan social/hubungan berteman/bergaul. Biasanya untuk menyelidiki regu-regu kecil ( kira-kira 10-100 orang ).
e) Tes
Adalah metode/alat untuk mengadakan penyelidikan dengan menggunakan soal-soal yang telah dipilih dengan seksama.
Macam-macam tes :
 Berdasarkan banyaknya orang yang dites :
 Tes individual ( perseorangan )
 Tes kelompok ( group )
 Berdasarkan kemampuan jiwa yang ingin diselidiki :
 Tes pengamatan
 Tes perhatian
 Tes intelegensi, dan lain-lain
 Berdasarkan caranya pengetes mengerjakan tugas-tugas tes :
 Tes verbal ( tes bahasa )
 Tes peraga ( performance )
f) Case Studi
Adalah suatu metode penyelidikan untuk mempelajari kejadian mengenai perseorangan atau metode untuk menyelidiki seseorang.

3. Teknik-Teknik Bimbingan
a. Bimbingan kelompok
Beberapa bentuk khusus cara bimbingan kelompok ini adalah :

1. Home Room Program ( Program guidance )
Mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efesien. Dalam program home room ini hendaknya di ciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya sepaerti dirumah.
2. Karya wisata ( field trip )
Disamping sebagai kegiatan rekreasi/metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Disini, murid mendapatkan kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggung jawab, percaya pada diri sendiri dan juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
3. Diskusi kelompok
Merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapatkan kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Dalam diskusi kelompok ini dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga diri.
4. Kegiatan kelompok
5. Organisasi murid
6. Sosiodrama : teknik untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
7. Psikodrama : teknik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu.
8. Remedial teaching
Yaitu bentuk pengajaran yang diberikan kepada seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Remedial teaching ini mungkin berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latuhan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid.
9. Penyuluhan individual ( individual counseling )
Dalam teknik ini dalam pemberian bantuan dulakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relation ship ( hubungan empat mata ) yang dilakukan dengan wawancara antara konselor dengan kasus. Masalah yang dipecahkan melalui teknik conseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.
Dalam konseling hendaknya konselor bersifat penuh sipati dan empati.
Pada umumnya dikenal 3 teknik khusus dalam konseling yaitu :
 Directive counseling yaitu teknik konseling dimana yang paling berperan ialah konselor, konselor berusaha mengarahkan counselee sesuai dengan masalahnya.
 Non-directive counseling yaitu teknik yang semuanya berpusat pada counselee, counselee bebas berbicara sedangka counselor menampung dan mengarahkan.
 Eclective counseling yaitu campuran dari kedua teknik diatas.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam konseling ialah :
 Menentukan masalah
 Mengumpulkan data
 Analisa data
 Diagnosa atau menetapkan latar belakang masalah
 Prognosa atau menetapkan langkah bantuan yang akan diambil
 Therapi adalah pelaksanaan bantuan
 Evaluasi dan follow-up, yaitu untuk melihat hasil yang telah ditempuh.

ingatan dan berpikir

PENDAHULUAN
Diantara sekian banyak kejadian di masa kecil, satu kejadian yang paling membekas dan berkesan itulah yang akhirnya menjadi titik awal kesadaran kita akan sebuah ingatan di masa lalu. Mengingat,adalah kata yang tepat untuk kita mengenang masa lalu.Dari sini kita tahu bahwa mengingat bukanlah hal yang mudah, karena untuk bias mengingat dengan baik maka diperlukan berbagai cara yang salah satunya adalah berpikir. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai ingatan dan berpikir.
A. Ingatan
Ingatan merupakan suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan/ tanggapan/ pengertian . Mengingat berarti menyerap/ melekatkan pengetahuan dengan jalan secara aktif.
Fungsi ingatan ada 3, yaitu:
1. Mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan.
2. Menyimpang kesan-kesan.
3. Memproduksi kesan-kesan.
Sifat-sifat pada ingatan yang baik adalah cepat, setia, kuat, luas, dan siap. Ingatan dikatakan cepat, apabila dalam mencamkan kesan-kesan tidak mengalami kesulitan.Ingatan dikatakan setia, apabila kesan yang telah dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil. Ingatan dikatakan kuat apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan lama. Ingatan dikatakan luas, apabila kesan yang tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya. Ingatan dikatakan siap, apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu mudah direproduksi kealam kesadaran .
Ingatan kita dipengaruhi oleh:
1. Sifat seseorang.
2. Alam sekitar.
3. Keadaan jasmani.
4. Keadaan rohani.
5. Umur Manusia .
Pencaman terhadap sesuatu kesan akan lebih kuat, apabila:
• Kesan- kesan yang dicamkan dibantu dengan penyuaraan
• Pikiran subyek lebih terkonsentrasi kepada kesan-kesan itu.
• Teknik belajar yang dipakai oleh subyek adalah efektif.
• Subyek menggunakan titian ingatan.
• Struktur bahan dari kesan-kesan yang dicamkan adalah jelas .
Tahapan utama dalam pembentukan dan pengambilan ingatan:
• Encoding, merupakan proses dan penggabungan informasi yang diterima.
• Penyimpanan, merupakan penciptaan catatan permanen dari ineormasi yang telah di encode.
• Pengambilan, memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan dalam suatu proses atau aktivitas .
Ingatan dibagi Menjadi 2, yaitu:
1. Daya ingatan mekanis.
2. Daya ingatan logis .
Dalam hal mengingat, orang sering menglami kesulitan yang disebabkan karena adanya interferensi. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata mengenal kembali lebih mudah dari pada mengingat kembali. Hal ini dapat kita maklumi, karena dalam mengenal kembali terdapat obyek nyata sebagai perangsang ingatan, sedangkan dalam mengingat kembali tidak dapat obyek semacam it. Sebenarnya ingatan erat pula hubungannya dengan masalah tanggapan.
Ingatan juga berhubungan dengan hal belajar, maka pendidikan hendaknya memperhatikan kemungkinan serta kondisi ingatan anak didik, karena ingatan anak didik berbeda-beda .
B. Berpikir
Dalam arti terbatas berpikir itu tidak dapat didefinisikan. Tiap kegiatan jiwa yang menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berpikir . Berpikir adalah berbicara dengan diri kita sendiri, dalam batin kita, mempertimbangkan, menganalisis, membuktikan sesuatu mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman/ pengertian terhadap apa yang kita kehendaki.
Berpikir yang baik adalah berpikir logis atau berpikir dengan penalaran setiap apa yang akankita lakukan, setiap keputusan yang akan kita ambil merupakan hasil pekerjaan akal melalui pikiran setiap keputusan akan mengarahkan dan mengendalikan tindakan atau tingkah laku .
Berpikir merupakan proses yang dinamis yang menempuh tiga langkah berfiki, yaitu:
1. Pembentukan pengertian, ini melalui proses: mendiskripsi ciri-ciri obyek, menanggapi cirri-ciri obyek yanh hakiki.
2. Pembentukan pendapat, ini merupakan peletakan hubungan antar dua pengertian atau lebih yang hubungan tersebut dapae ditolak, diterima, asumtip.
3. Pembentukan keputusan, ini merupakan penarikan kesimpulan yang berupa keputusan.
Setiap keputusan yang kita ambil merupakan hasil pekerjaan akal melalui pikiran. Setiap keputusan akan mengarahkan dan mengendalikan tindakan atau tingkah laku. Dengan demikian akal/ pikiran dapat dikatakan sangat menentukan di dalam perubahan tingkah laku manusia serta dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadian lainnya. Oleh karena itu pendidikan hendaknya memberikan bimbingan yang sebaik-baiknya bagi perkembangan akal anak didik.
Beberapa cara membimbing pikiran agar pikiran itu nenjadi berkembang dengan baik, antara lain:
1. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berbahasa anak didik.
2. Membimbing pikiran anak didik dengan memberikan sejumlah pengertian yang fungsional bagi ketrampilan berpikir anak.
3. Anak didik diberikan bekal pengetahuan siap.
4. Menggunakan alat peraga dalam pengajaran .
Macam-macam cara berpikir:
1. Berpikir Induktif
Berpikir Induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum.
2. Berpikir Deduktif
Sebaliknya dari berpikir induktif, maka prosesnya berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus.
3. Berpikir Analogis
Berpikir Analogis ialah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/ pernah dialami .
KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa untuk bisa mengingat sesuatu hal yang telah terjadi maka kita perlu berpikir. Dengan berpikir secara mendalam, kita dengan mudah mengingat hal-hal yang telah lama kita simpan dalam memory kita, yang tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat mengingatnya kembali.
Daftar Pustaka
http://www.pu.go.id
Purwanto,M.Ngalim,Drs,Mp.Psikologi Pendidikan.2003.BANDUNG:PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Soemanto,Wasty,Drs.Psikologi Pendidikan.PT.Rineka Cipta.

Thursday, 12 November 2009

PERANAN KELUARGA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK REMAJA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Masa remaja sedang berada dalam fase perkembangan yang amat pesat. Fisiknya sudah semakin kuat dan semakin menarik. Masa remaja sudah mulai mampu berfikir abstrak dan memecahkan masalah yang bersifat hipotesis. Emosinnya sedang mengelora sehingga memiliki semangat yang membara. Hubungan sosialnya semakin menunjukkan toleransi kepada orang lain, apalagi dengan sesama kelompok remajanya. Dalam percakapan bahasanya semakin kompleks dan memiliki bahasa khusus dikalangan mereka sendiri, bahkan sekarang sudah ada kamus bahasa gaul remaja yang telah beredar di took-toko buku. Bakat kususnya dapat menunjukan kemampuan luar bias. Mereka sudah menyadari akan pentingnya nilai moral yang dapat dijadikan pegangan hidup.
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak,tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk kegolongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “ mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Masa remaja masih belum mampu menguasai dan megfungsikan secara maksimal funsi fisik maupun psikisnya. Namun yang perlu di tekankan disi adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari aspek kongnitif, emosi maupun fisik.
Saya yakin bahwa loyalitas remaja kepada keluarganya lebih dulu ada dari loyalitasnya kepada kelompok teman, dan bahwa loyalitasnya kepada keluarga lebih lebih kuat dan kokoh dari pada loyalitasnya kepada kelompoknya dalam banyak kasus. Misalnya, untuk memuaskan kecenderungan untuk berkumpul, yang tidak di temukanya dalam keluarga.
Masa remaja sangat terikat erat dengan kelompok teman sebayanya atau komunitasnya. Karna di tengah teman-temanya merasakan adanya persamaan persatuan dan persamaan tujuan dan perasaan, sehingga kedekatanya dengan kedua orang tua semakin jauh. Tetapi apabila keluarga besarnya tanggung jawab terhadap anak-anaknya. kedua orang tua bertanggung jawab mendidik, memberi petunjuk dan selalu membiasakan dengan sifat-sifat yang baik. Disamping itu, mereka juga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan-kebutuhan intuitif dan mental anak-anaknya. Dalam agama islam melarang atau tidak menerima kalau orantua terlalu memusatkan perhatian mereka kepada salah satu bidang tertentu dengan mengabaikan bidang yang lain, karna akan membawa dampak negatif terhadap bidang yang lain.
Untuk itu agar tercipta remaja muslim yang berakhlak mulia, maka peran keluarga sangatlah penting untuk mewujutkanya. Dalam hal ini, suatu faktor penting yang memegang peranan menentukan dalam kehidupan remaja yakni Agama. Sebab agama adalah latihan akhlak bagi jiwa manusia dan persoalan remaja, maka upaya mengatasinya dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak. Karna dalam pendidikan akhlak di titik beratkan pada pembentukan mental remaja agar memiliki pribadi yang bermoral, budi pekerti yang luhur dan bersusila. Dalam proses ini tersimpul indikator bahwa pendidikan akhlak merupakan penuntun bagi remaja untuk memiliki sikap mental dan kepribadian sebaik yang ditujukan Al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad saw. Pendidikan akhlak sangat tepat bagi remaja agar didalam perkembangan mentalnya tidak mengalami hambatan dan menyimpang kearah negatif.
Berbicara mengenai penddikan akhlak tidaklah mengenal tempat dan waktu. Untuk itu pendidik, termasuk orang tua harus dapat dijadikan model remaja dalam segala tingkah lakunya.oleh karna itu orang tua sedapat mungkin menghilakin perilaku negative karna akan ditiru anak-anaknya dan kalau suatu saat orang tua melarangnya berbuat tidak baik, anak akan protes jika orang tuanya masih menampilkan perilaku negatif. Paling tidak, jika masih sulit menghilangkanya, jangan sampai memperlihatkan di depan anak remaja.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting atau bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitanya dengan pendidikan aklak bagi perkembangan remaja anaknya. Unsur-unsur didalam keluarga, seperti konstelasi keluarga, peran sosial dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga, kekohesifan keluarga dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri anggotanya.
Untuk itu pendidikan dalam islam mewajibkan orang tua untuk berusaha secara kontinew memperbaiki perasaan-perasaan dan karakter anak-anak mereka yang remaja. Juga membiasakan mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan dan etika-etika sosial, agar hal itu membantu mereka beradaptasi atau menyesuaikan diri berperilaku baik dengan angota-angota masyarakat.