A. Pragmatisme
• Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupakan budaya dan tradisi berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir sebagai sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang terjadi pada awal abad ini.
• Penemu Aliran Pragmatisme
Salah satu tokoh sentral yang sangat berjasa dalam pengembangan pragmatisme pendidikan adalah John Dewey (1859 - 1952). Pragmatis Dewey merupakan sintesis pemikiran-pemikiran Charles S. Pierce dan Williem James. Dewey mencapai puncak popularitasnya di bidang Logika, Etika Epistimologi, Filsafat Politik dan Pendidikan.
• Konsep Pendidikan
Dalam menghadapi industrialisasi Eropa dan Amerika, Dewey berpendirian bahwa sistem pendidikan sekolah harus diubah. Sains, menurutnya, tidak mesti diperoleh dari buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-tugas yang berguna.
Belajar harus lebih banyak difokuskan melalui tindakan dari pada melalui buku. Dewey percaya terhadap adanya pembagian yang tepat antara teori dan praktek. Hal ini membuat Dewey demikian lekat dengan atribut learning by doing. Belajar haruslah dititiktekankan pada praktek dan trial and error. Akhirnya, pendidikan harus disusun kembali bukan hanya sebagai persiapan menuju kedewasaan, tetapi pendidikan sebagai kelanjutan pertumbuhan pikiran dan kelanjutan penerang hidup. Sekolah hanya dapat memberikan kita alat pertumbuhan mental, sedangkan pendidikan yang sebenarnya adalah saat kita telah meninggalkan bangku sekolah, dan tidak ada alasan mengapa pendidikan harus berhenti sebelum ajal menjemput.
Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar siswa harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana agar siswa senantiasa merasa haus akan pengetahuan. Karena pendidikan merupakan proses masyarakat dan banyak terdapat macam masyarakat, maka suatu kriteria untuk kritik dan pembangunan pendidikan mengandung cita-cita utama dan istimewa.
Dewey mengembangkan Pragmatisme dalam rangka mengarahkan kegiatan intelektual untuk mengatasi masalah sosial yang timbul di awal abad ini. Dewey menggunakan pendekatan biologis dan psikologis, berbeda dengan James yang tidak menggunakan pendekatan biologis. Dewey menerapkan Pragmatismenya dalam dunia pendidikan Amerika dengan mengembangkan suatu teori problem solving, yang mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merasakan adanya masalah
2. Menganalisis masalah itu, dan menyusun hipotesis-hipotesis yang mungkin.
3. Mengumpulkan data untuk memperjelas masalah.
4. Memilih dan menganalisis hipotesis.
5. Menguji, mencoba, dan membuktikan hipotesis dengan melakukan eksperimen/pengujian.
• Kurikulum menurut aliran Pragmatis
Pragmatis menghendaki system pendiddikan yang tidak hanya diperoleh dari buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-tugas yang berguna. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kurikulumnya dititik beratkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental yang didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek. Aliran pragmatisme dalam pendidikan di Indonesia biasanya diterapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ).
B. Eksistensialisme
• Pengertian dan Tokoh Aliran Eksistensialisme
Sejarah munculnya eksistensialisme yaitu pertama istilah ini dirumuskan oleh ahli filsafat Jerman yaitu Martin Heidegger (1889-1976).akar metodelogi eksistensialisme ini berasal dari fenomenologi yang dikembangkan oleh Edmund husserl (1859-1938).
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.
• Konsep Pendidikan
Eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan karena pusat pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia. Sedangkan Pendidikan yaitu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Dalam GBHN 1973, Pendidikan yaitu suatu unsure yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju kepribadian yang utama. Aliran pendidikan eksistensialisme yaitu aliran yang memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mendapatkan pendidikan secara otentik yang artinya setiap manusia mempunyai tanggungjawab dan kesadaran diri untuk mereka sendiri
• Kurikulum menurut Aliran Eksistensialisme
Aliran eksistensialisme memandang bahwa pendidikan memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mendapatkan pendidikan secara otentik, namun setiap individu harus bertanggung jawab terhadap kebebasannya. Di Indonesia aliran ini biasanya diterapkan pada pendidikan anak usia dini, misalnya PAUD.
C. Progresivisme
• Pengertian Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini muncul dan berkembang pada permulaan abad XX terutama di Amerika Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia filsafat pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konfensional yang diwarisi dari abad XIX.
• Pencetus Aliran Progresivisme
Aliran ini dipelopori oleh John Dewey. Aliran ini memendang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan, hal itu ditunjukan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika disbanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul didalam maupun diluar sekolah.
• Konsep Pendidikan
Progresifisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah- masalah yang bersifat menekan atau mengancam pada manusia itu sendiri. Berhubung dengan itu progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter. Baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan ﴾ yang baik ﴿ karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-kemanpuan tersebut dalam proses pendidikan. Padahal semuanya itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progres.
Menurut dewey tujuan umum pendidikan adalah membentuk warga yang demokratis. Isi pendidikanya lebih mengutamakan bisdang-bidang studi seperti IPA, Sejarah, Ketrampilan serta hal-hal yang berguna atau langsung dirasakan oleh masyarakat.
Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan bakat yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain,oleh karena itu progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran, dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
Progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes,dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai zamannya. Sifat kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu bersifat eksperimentalatau tipe core curriculum. Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan asas manusia dalam hidupnya selain berinteraksi di dalam lingkungan yang komplek.
Progresifisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-ciri intergrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat menjangkau aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
• Kurikululum Menurut Aliran Progresivisme
Pendidikan progresivisme di dasarkan pada pandangan bahwa pendidikan harus terpusat kepada anak bukannya memfokuskan pada guru atau muatan kurikulum. Jika disamakan dengan kurikulum di Indonesia maka aliran progresivisme ini sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP yang sedang diberlakukan saat ini
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam . 1988. Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset.
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html
Http://one.indoskripsi.com
Http://mahfudz30.wordpress.com
http://masjemmy.com/eksistensialisme.htm
Khobir, Abdul. , 2007 . Filsafat Pendidikan Islam, Pekalongan: STAIN Press.
Zuhairini, dkk, , 1995 . Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksari.
No comments:
Post a Comment