Wednesday, 18 November 2009

pengembangan Kurikulum

Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi merupakan suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh upaya pengembangan dan penyempurnaan kurikulum, lebih banyak datang dari pengalaman praktik di Sekolah, dibandingkan dengan dari penerapan teori-teori yang sudah mapan. pengembangan atau penambahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itulah, masa berlaku suatu kurikulum tidak bisa lama.
Berbicara masalah pendidikan sudah tentu tak dapat dengan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusianya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori pengembangan kurikulum. Di mana di dalamnya terdapat unsure-unsur yang merupakan dasar dari proses pendidikan. Diantaranya :
1. Teori Belajar
2. Teori Gestalt
3. Teori Perkembangan
Dimana teori perkembangan yang berhubungan adalah teori perkembangan anak. Untuk itu dalam makalah ini akan membahas tentang teori-teori tersebut.
PEMBAHASAN
1.Pengertian Teori
Teori ialah suatu sistem pengertian atau konseptualisasi yang diorganisasikan secara logis dan diperoleh melalui jalan yang sistematis. Teori juga berarti seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Satu ciri teori yang penting bahwa teori itu membebaskan penemuan penelitin secara individual dari kenyataan kesemenaraan waktu dan tempat untuk digantikan dengan suatu dunia yang lebih luas.(McKaechie, hlm. 829).
Teori juga merupakan suatu set atau sistem pernyataan yang menjelaskan serangkaian hal. Ciri utama suatu teori adalah sifat prediktif ( meramalkan ). Teori harus mampu menjangkau ke depan, bukan hanya menggambarkan apa adanya tetapi mampu meramalkan apa yang terjadi atas suatu hal.
Teori membuka kemungkinan menyusun suatu pandangan yang lebih sistematis dan merupakan syarat penting dalam pengembangan ilmu dalam tiap disiplin. Secara khusus teori memberikan dua kelebihan dari pada sumber-sumber pengetahuan.
Suatu teori akan memperoleh arti yang penting bila banyak melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Mark (1969 ) membedakan adanya tiga macam teori.
2.Pengertian kurikulum.
Secara umum kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dalam perkembangan kurikulum sebagai suatu kegiatan pendidikan, timbul berbagai definisi lain, yaitu definisi yang menentukan berbagai hal yang termasuk dalam ruang lingkupnya.
Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai “ the total effort of the school to going about desired outcomes in school and out-of-school situations”. Definisi ini tidak hanya sekedar meliputi mata pelajaran, tetapi segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu kurikulum tidak hanya mengenai situasi di dalam sekolah, tetapi juga di luar Sekolah.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Di samping itu kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Itulah sebabnya, orang dulu menyebut kurikulum dengan istilah “ rencana pelajaran”. Rencana pelajaran merupakan salah satu komponen dalam asas-asas didaktik yang harus dikuasai ( paling tidak diketahui ) oleh seorang guru.
Jadi dari penjelasan diatas teori kurikulum adalah suatu set pernyataan tentang sesuatu yang terstruktur, sistematis, teruji, mengenai konsep kurikulum.
Dengan demikian Orang mengatakan bahwa teori kurikulum merupakan hal yang unik. Bagaimanapun keberadaan teori kurikulum dalam pendidikan adalah perlu, sebab teori kurikulum merupakan rujukan dalam penyusunan, pengembangan, pembinaan, dan evaluasi kurikulum. Di samping itu teori kurikulum juga memuat pertimbangan-pertimbangan multi dimensional yang merupakan sekelompok tentang tujuan, struktur, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum maupun sistem persekolahan.
Menurut Schwab pada dasarnya teori kurikulum bukanlah hal yang stabil keberadaanya, namun selalu berkembang mengikuti arus dua arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian, teori kurikulum dapat berguna dan memberikan arti penting bagi praktisi, yaitu mereka yang mengelola dan menjalankan sistem pendidikan.
Teori kurikulum merupakan bidang yang menyelidiki pembatasan daerah operasi kurikulum. Oleh karena itu, teori kurikulum dapat juga disebut sebagai litmus test ( sesuatu yang memberikan petunjuk dalam pengoperasian kurikulum sesuai dengan batas bidang garapannya ), sehingg kurikulum yang bersangkutan benar-benar relevan dengan didang garapannya.
Fungsi teori kurikulum :
1. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan memberikan alternative secara rinci dalam perencanaan kurikulum.
2. Sebagai landasan sistematis dala pengambilan keputusan, memilih, menyusun dan membuat urutan isi kurikulum.
3. Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang berjalan.
4. Membantu orang ( yang berkepentingan dengan kurikulum ) untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuannya sehingga merangsang untuk diadakannya penelitian lebih lanjut.
Teori kurikulum hendaknya memberikan kepada para pelaksana pendidikan alat-alat intelektual untuk mengkonseptualisasikan situasi pendidikan yang mereka hadapi. Teori kurikulum sedapatnya menjelaskan dan meramalkan hubungan antara berbagai variabel dengan tujuan, proses belajar, dan perencanaan program.
James B. Macdonald menganggap bahwa Teori Kurikulum :
1. Merupakan titik tolak bagi penentuan dan pengarahan kegiatan pengembangan kurikulum.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan variabel-variabel dan hubungannya dengan aspek-aspek kurikulum yang dapat divalidasi secara empiris.
3. Memberikan suatu perangkat prinsip-prinsip dan hubungan-hubungan yang dapat ditest secara empiris untuk mengembangkan kurikulum.
4. Merupakan kegiatan intelektual yang kreatif dengan mengembangkan serta mengeritik sistem-siatem konseptual yang ada dengan harapan akan timbulnya ide-ide dan cara-cara baru dalam mempersoalkan kurikulum yang lebih bermanfaat.

3.Teori Belajar
Teori belajar yang dianut banyak sedikit turut memberi pertimbangan bahan apakah yang dipilih agar tercapai proses dan produk belajar yang diinginkan. Akan tetapi peranan teori belajar yang utama ialah menentukan kegiatan-kegiatan agar bahan pelajaran dapat dikuasai siswa dan dengan demikian tujuan pelajaran tercapai dalam kondisi belajar yang paling menguntungkan. Teori belajar juga dapat memberi petunjuk, disamping perkembangan anak , kapan saat terbaik untuk mempelajari bahan tertentu.
Teori conectionisme dari Thorndike mempunyai doktrin pokok, yakni hubungan antara stimulus dan respons, asosiasi-asosiasi dibuat antara kesan-kesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Dan menurut teori ini, teori belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahui dengan yang baru.
Menurut Magnese ( Dryden dan Vos, 1999 ) belajar terjadi dengan:
1. Membaca sebanyak 10 %
2. Mendengar sebanyak 20 %
3. Melihat sebanyak 30 %
4. Melihat dan Mendengar sebanyak 50 %
5. Mengatakan sebanyak 70 %
6. Mengatakan sambil mengerjakan sebanyak 90 %
Pemberdayaan optimal dari seluruh indra seseorang dalam belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Melalui media pembelajaran, belajar paling tertinggi terjadi sebanyak 50 %. Ternyata, seseorang yang belajar dan terlibat langsung dengan suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu dianggap sebagai cara yang terbaik dan bertahan lama.

4.Teori Gestalt
Teori ini mengutamakan keseluruhan, melihat bagian-bagian dalam rangka keseluruhan, yang hanya mengandung makna dalam hubungannya dengan bagian-bagian lain. Bagian-bagian saling berkaitan dalam suatu organisasi.
Manusia mengenal lingkungannya melalui proses kognitif dengan memahami stimulus berdasarkan struktur mentalnya. Proses kognitif adalah melihat dan menciptakan hubungan berkat pengalamannya yang lampau yang membentuk struktur mentalnya.
Dalam Teori ini mengutamakan bahan pelajaran berupa keseluruhan yang disajikan berupa masalah sosial atau problema yang luas. Masalah ini dapat merupakan masalah sosial atau masalah berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Siswa harus melihat hubungan pelajaran dengan tujuan yang penting baginya sehingga timbul motivasi intrinsic. Yang di dalamnya mengutamakan proses, memecahkan masalah. Teori Gestalt melihat siswa sebagai individu yang unik yang bertindak menurut struktur mental masing-masing.
Prinsip-prisip belajar Gestalt ialah sebagai berikut :
1. belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Kesekuruhan yang menjadi permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari hal-hal yang sederhana.
2. keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagian-bagian dalam suati keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan makna terhadap suatu bagian, missal : sebuah ban mobil hanya bermakna kalau menjadi bagian dari mobil, sebagai roda.
3. individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi bagian-bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau kesatuan yang lebih kecil.
4. anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis.

5.Teori Perkembangan
Dalam pembicaraan mengenai pengertian perkembangan sudah nampak adanya proses organisasi yang sangat kompleks. Ada 3 macam teori perkembangan :
1. Teori Empirisme, oleh Francis Bacon dan John Locke yaitu pada dasarnya anak lahir di dunia, perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh luar termasuk pendidikan dan pengajaran.
2. Teori Nativisme, oleh Scopenhaur yaitu anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami ( kodrat ).
3. Teori Konvergensi ini dipelopori oleh William Stern dan Clara Stern, yaitu perkembangan jiwa anak lebih ditentukan oleh 2 faktor yang saling menopang yaitu pembawaan dan hereditas.
Perkembangan anak
Dalam perkembangan anak terdapat beberapa bagian, diantaranya :
1. Perkembangan Jasmani dan Motorik Anak-anak
Sampai Gestalwandel pertama sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih lamban perkembangannya daripada badan bagian bawah. Pada usia 6 tahun keseimbangan badannya relative berkembang baik, anak makin dapat menjaga keseimbangannya, penguasaan badan, membungkuk, melakukan senam dan olahraga berkembang pada masa anak sekolah juga berkembang koordinasi antara mata dan tangan (visiomotorik ) yang dibuthkan untuk membidik ,melempar dan menangkap.
2. Perkembangan Tanggapan.
Menurut pendapat Oswald Kroh, Willliam Stern dan Clar Stern dan Meuman, bahwa tahapan perkembangan tanggapan dan pengamatan anak melalui fase berikut :
- Global
- Terurai
- Sinthesa
3. Perkembangan Pikiran
Perkembangan pikiran dibedakan menjadi dua bentuk :
- Perkembangan formal
- Perkembangan material
Perkembangan pikiran juga dapat diperhatikan dari perkembangan menyusun pendapat atau pengertian bagi seorang anak:
- Mulai umur 1,6 anak mulai dapat berpendapat
- Mulai umur 2,6 anak dapat menyampaikan pendapat negative
- Mulai umur 3 tahun anak mulai mampu mengkritik dan menyusun keputusan
- 4 tahun pada diri anak mulai muncul keragu-raguan yang diwujudkan melalui pendapat
- 5 tahun anak mampu menyusun kesimpulan dan analogi sederhana.
4. Perkembangan Daya Ingatan
Daya ingat anak akan lebih bersifat permanent ketika anak berusia 4 tahun. Selanjutnya daya ingat anak akan mencapai intensitas terbesar pada usia 4-12 tahun sehingga daya hafalnya kuat dan dapat menyimpan memori banyak sekali.
5. Perkembangan Bahasa
6. Perkembangan Fantasi
7. Perkembangan Perasaan
8. Perkembangan Sikap Sosial
9. Perkembangan Moral
10. Perkembangan Keberagamaan anak
Di samping dunia pengetahuan dan masyarakat, anak juga dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran, agar anak itu dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang , dan belajar, apa kebutuhannya dan apa minatnya. Pengetahuan tentang perkembangan anak dan caranya belajar lazim disebut asas psikologi bagi pengembangan kurikulum.
Berhubung dengan hasil studi tentang anak Lester D. Crow dan Alice Crow nenyarankan hubungan kurikulum dan anak sebagai berikut :
1. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
2. Isi kurikulum hendaknya mencakup ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan untuk menghadapi masa mendatang.
3. Anak hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak sekedar penerima pasif apa yang dilakukan oleh guru.
4. Sejauh mungkin apa yang dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan anak yang sesuai dengan taraf perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang apakah seharusnya minat mereka.
KESIMPULAN
Teori merupakan satu set pernyataan yang sesuai dan terstruktur, sistematis, teruji yang mengenai konsep kurikulum. Teori umumnya hanya diterima secara “ semetara” dan bukan merupakan pernyatan akhir yang konklusif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalaha. Setelah kita mengetahui tentang teori sendiri, selanjutnya mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan suatu rencana belajar yang tersususn sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sangat penting karena kurikulum tidak hanya berisi mata pelajaran saja tetapi juga menyangkut seluruh aspek kegiatan belajar mengajar.
Penentuan kurikulum disesuaikan dengan perkembangan anak didik, cara belajar dan proses belajar mengajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H.M, Drs, dkk. Pengembangan Kurikulum. 1998. Bandung : CV. PUSTAKA SETIA.
Nasution, S, Prof, DR. Pengembangan Kurikulum. 1993. Bandung : PT. CITRA ADITYA BAKTI.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof, DR. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. 1999. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

No comments:

Post a Comment