PENDAHULUAN
Pada era yang semakin maju, masalah penemuan identitas pada individu menjadi semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju kapada anggota-anggotanya menjadi lebih berat. Persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota masyarakat bukan saja kematangan fisik melainkan juga kematangan mental psikologis, cultural, intelektual, dan religious. Kerumitan ini akan terus meningkat pada masyarakat yang sedang membangun, sebab perubahan cepat yang terjadi pada masyarakat yang sedang membangun, akan merupakan tantangan pula bagi individu atau siswa, keadaan inilah yang menuntut diselenggarakannya bimbingan dan penyuluhan. Dalam makalah ini akan lebih dijelaskan mengenai “Bagaimana sejarah dan perkenbangan bimbingan dan penyuluhan di Amerika Serikat dan di Indonesia”.
A. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Penyuluhan
1. Di Amerika Serikat
Bimbingan dan penyuluhan sebagai suatu ilmu, masih merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Bimbingan dan penyuluhan mula-mula timbul di Amerika Serikat sekitar permulaan abad ke-20 yang dipelopori oleh Frank Persons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John. Brewer, dan sebagainya.
Pada awal sejarah bimbingan pada tahun 1908 didirikan suatu “Vocational Bureau” oleh Frank Parsons, yang selanjutnya dikenal dengan nama “The Father of Guidance” yang didalamnya menekankan setiap individudiberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelegensi dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya. Pada tahun 1909 beliau mengeluarkan buku yang membahas tentang pemilihan jabatan yang merupakan suatu aspek yang penting di dalam lapangan bimbingan dan penyuluhan. Selanjutnya pada tahun 1910-1916, Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah di Dentral High School di Detroit, Eli Wever di New York dan John Brewer di Universitas Harvard mulai memberikan kuliah-kuliah tentang bimbingan dan penyuluhan. Dan pada tahun 1913 didirikanlah suatu perhimpunan di antara pembimbing itu.
Jadi pada awal perkembangan ini pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan jabatan yang umumnya disebut sebagai periode parsonian, bimbingan dilihat sebagai usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan tentang jabatan, kedua jenis keterangan ini kemudian dipasang dan dicocokan yang pada akhirnya dapat menentukan jabatan apa yang paling cocok. Pada perode kedua, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Pada peride ketiga ini rumusan konseling dimunculkan, rumusan konseling yang muncul pada periode ketiga itu memperlihatkan secara nyata bahwa konseling itu merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan diantara yang lain. Pada periode keempat menekankan pentingnya proses perkembangn individu dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam mencapai kematangan dan kedewasaan.
Menurut Arthur E. Traxler and Robert D. North, dalam bukunya yang berjudul : “ Techniques of Guidance”, disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan, diantaranya :
1) Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, timbulah gerakan kemanusiaan yang menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Mgerakan ini membantu Vocational Bureau Parsons dalam bidang keuangan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja yang baik.
2) Para rohaniawan berpandangan bahwa dunia adalah di mana ada pertentangan terus menerus antara baik dan buruk. Dengan adanya gerakan ini mendorong tumbuhnya gerakan bimbingan di Sekolah.
3) Adanya aliran kesehatan mental ( mental hygiene ) yang mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantara anak-anak muda.
4) Adanya perubahan dalam masyarakat akibat perang dunia II, pengangguran, depresi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, wajib belajar dan lain-lain. Perubahan ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.
5) Adanya gerakan mengenal siswa sebagai individu, biasanya berhubungan dengan tes. Hal ini karena sulitnya pendidik untuk mengenal atau memahami siswa-siswinya secara individual atau pribadi.
2. Di Indonesia
Kegiatan bimbingan pada hakikatnya telah berakar dalam seluruh kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia. Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha bimbingan sebelum kemerdekaan, dekade 40-an, dekade 50-an, dekade 60-an, dekade 70-an, dan dekade 80-an.
• Sebelum masa kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkraman penjajah. Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah, para siswa dididik untuk kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapi rasa nasionalisme rakyat Indonesia sangat besar, sehingga upaya penjajah banyak mengalami hambatan.
Rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme dan kemerdekaan berusaha untuk memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah satu diantaranya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara. Lebih dari itu falsafah dasarnya yang terkenal yaitu : “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani”, yang mengandung makna sangat dari sudut pendidikan. Dari sudut pandangan bimbingan hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
Di samping itu, lembaga pendidikan pesantren yang mengacu pada kemandirian pada hakikatnya merupakan upaya-upaya bimbingan. Demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan dalam masa penjajahan adalah modal dasar atau benih-benih untuk berkembangnya bimbingan.
• Dekade 40-an
Pada dekade ini merupakan masa perjuangan. Dekade 40-an bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah yang amat penting, karena pada dekade inilah rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya yaitu 17 Agustus 1945.
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan keterbelakangan merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan saat itu.
Melalui kegiatan pendidikan serba darurat maka pada saat itu diupayakan secara bertahan memecahkan masalah besar tadi melalui pemberantasan buta huruf. tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa yang merdeka. Hal ini pulalah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.
• Dekade 50-an
Pada dekade ini masih merupakan masa perjuangan. Menjelang dekade 50-an pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia tercapai. Akan tetapi bangsa Indonesia masih harus menghadapi tantangn yang amat besar yaitu menstabilkan berbagai aspek kehidupan yang terkoyak-koyak selama penjajahan dan perjuangan kemerdekaan. Selama decade ini situasi politik, sosial, ekonomi belum stabil dan merupakan tantangan besar. Dalam masa ini pendidikan pun mengalami tantangan yang amat besar, yaitu bagaimana memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan.
Kegiatan bimbingan pada masa ini lebih banyak tersirat dalam pendidikan. Pada hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa di Sekolah agar dapat berprestasi meskipun dalam situasi yang amat darurat, karena masa itu masih banyak orang tua yang enggan menyekolahkan anaknya dan banyak anak yang putus sekolah. Hal itu dipengaruhi oleh jehidupan colonial sehingga bimbingan orang tua sangat diperlukan.
• Dekade 60-an
Dekade 60-an ini merupakan masa perintisan. Memasuki dekade 60-an situasi politik kurang begitu menguntungkan dengan klimaksnya pemberontakan G 30 S / PKI tahun 1945. Akan tetapi, dalam decade ini pula lahir Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan menegakkan, serta sudah mulai mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
Beberapa peristiwa penting dalam bidang pendidikan diantaranya :
a. Ketetapan MPRS Tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional.
b. Lahirnya kurikulum SMA Gaya Baru 1964, dengan keharusan pelaksanaan bimbingan dan konseling ( bimbingan dan penyuluhan).
c. Lahirnya kurikulum 1968, dan lain-lain.
Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah sebagai salah satu kelengkapan sistem. Layanan bimbingan diperlikan sebagai sesuatu yang eksplisit. Di sinilah timbul tantangan untuk mulai merintis pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang terprogram dan terorganisasi dengan baik.
Beberapa upaya perintisan yang telah dilakukan antara lain :
• Anjuran dari para pengelola, agar sekolah-sekolah melaksanakan bimbingan dan konseling.
• Publikasi kepustakaan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling, dan lain-lain.
• Dekade 70-an
Pada dekade ini bimbingan mulai ditata melalui penataan legalitas sistem, konsep dan pelaksanaanya. Kelahiran orde baru telah banyak mernyadarkan bangsa Indonesia akan kelemahan di masa lampau dan berusaha memperbaiki masa yang akan datang, hal ini lebih diutamakan dalam bidang pendidikan.
Dalam decade inilah banyakl dilaksanakan inovasi pendidikan seperti :
a. Peningkatan mutu guru.
b. Pengembangan buku teks.
c. Pengembangan sistem seleksi ke perguruan tinggi, dan lain-lain.
Keadaan di atas memberikan tantangan dan peluang besar untuk upaya penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual maupun operasional, beberapa upaya kegiatan penataan bimbingan selama dekade ini antara lain :
• Pemantapan layanan bimbingan dan konseling untuk menunjang inovasi di PPSP.
• Mulai dibuka program Pasca Sarjana untuk bidang bimbingan dan konseling ( di IKIP Bandung tahun 1977 ).
• Perintisan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, dan lain-lain.
• Dekade 80-an
Dalam decade ini bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini antara lain :
a. Penyempurnaan kurikulum ( dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 ).
b. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru melalui PMDK maupun ujian tulis.
c. Pelaksanaan wajib belajar, dan lain-lain.
Dalam decade ini bimbingan perlu dimantapkan melalui upaya-upaya sebagai berikut :
• Upaya penerangan bimbingan terpadu dalam pengelolaan dan layanan.
• Penyempurnaan sistem penataran para petugas di Lapangan.
• Penyelenggaran seminar dan lokakarya yang lebih professional baik tingkat nasional maupun internasional.
Dengan melihat uraian diatas, maka dalam decade 80-an dan selanjutnya bimbingan akan makin mantap posisinya dalam bidang pendidikan.
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan penyuluhan sebenarnya sudah ada sejak dahulu sebelum kemerdekaan hingga dekade 80-an , namun perkembangannya bertahap melalui tahapan-tahapan yang awalnya dimulai dari individu atau personalia hingga masuk dalam pendidikan. Dan sekarang bimbingan dan penyuluhan telah ada diberbagai bidang yang mengalami kendala, sesuai dengan pengertiannya bimbingan dan penyuluhan sebagai wadah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi baik pribadi maupun kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman Anti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 1999. JAKARTA : PT. Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. 2002. JAKARTA : PT. Rineka Cipta
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, cet III. 1995. YOGYAKARTA : Andi Offset.
No comments:
Post a Comment